Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Minggu, 25 November 2012

Ruahan Hujan

Langit menjatuhkan tiap buliran yang ku tau namanya Hujan. Oh ya, seingatku tiap kali hujan berakhir akan datang pelangi namun tak lama. Sekedar menghiasi langit yang baru selesai menangisi sesuatu, entah tangis bahagia atau justru kesedihan mampir dihidupnya. Tapi itulah pelangi. Dia begitu indah namun, cintanya tak bertahan lama lalu pergi ketempat yang lain. Satu lagi yang identik dengan hujan. Sebelum kedatangannya yang menumpahkan butiran air ke tanah bumi, selalu saja ada awan hitam pekat yang menggelantung di wajahnya. Awan yang selalu menerpa langit untuk sekedar datang lalu membuatnya menangis.

Siapapun yang melihat awan hitam pekat itu pasti akan pergi menjauhinya. Aku pikir itu kesedihan. Siapapun dan apapun akan menjauhinya. Aku tak yakin alasan mereka menjauhi awan hitam itu. Tapi mungkin jika awan itu bisa memilih, pasti dia memilih jadi awan putih dilangit yang menandakan kebahagiaan untuk setiap orang. Awan hitam pekat itu terpilih sebahagi pembawa kesedihan untuk langit. Dia harus mengeluarkan gemuruhnya, petir yang disertai kilatan cahaya dan suara yang mengerikan. Awan itu harus tetap mejadi seperti itu.


Namun awan itu selalu rela. Karena kau tau mengapa? Setelah dia datang, lalu dia akan pergi. Dia pergi yang membawa hujan begitu lirih dimata apapun. Burung-burung yang harus kembali ke sarang mereka dengan segera atau mungkin harus rela basah kuyup karena tak tau dimana harus berteduh. Dan banyak orang yang harus menikmati hujan beberapa saat untuk membiarkan bulirannya keluar tanpa beban. Andai saja aku hujan itu, yang akan siap menerima kesedihan dari sang awan hitam pekat untuk segera mendapatkan pelangi walau untuk sesaat. Pelangi setelah hujan, itulah yang selalu ditunggu setiap orang ataupun setiap sesuatu. Yang hebatnya lagi jika kau jadi burung. Tak penting seberapa lebat hujan yang terjadi, kau akan tetap siap terbang menjelajah dunia ini. Mengapa kita tak bisa menjadi seperti burung?

Setelah pelangi datang untuk beberapa saat, pelangi itupun akan pergi kembali. Mencari tempat yang baru selesai menyaksikan hujan yang tumpah. Pelangi yang pergi sesaat dan membawa keceriaan sesaat itu sangat berguna. Membawa senyuman setelah kegundahan walau tak lama. Setelah dia pergi, semua akan kembali seperti biasa. Kembali pada kehidupan normalnya. Langit akan tetap bersinar dengan matahari. Tanpa pelangi. Semua kembali pada apa yang telah Tuhan ciptakan. Kembali pada rutinitas hariannya. Melupakan awan hitam pekat, pelangi, ataupun tanah yang basah.

Tapi, dimana pelangi itu? Pelangi yang seperti gambaranku diatas. Pelangi yang membawa keceriaan untuk kegundahan walau sebentar. Andai aku memiliki pelangi yang siap menghapus duka ku, andai awan pekat hitam itu tak setega ini menyemburkan semua kengeriannya padaku, tak akan ada hujan yang menggelayut di hariku.

Lupakanlah! Setiap yang ada selalu teriris denga luka sang awan pekat hitam. Luka yang memberiku pengalaman. Seperti hujan. Hujan yang membasahi tanah bumi. Hujan yang akan terus datang ketika bumi mulai mengering. Tapi dengan basah kuyup serta gemuruh yang paling aku benci.


Maka Hujan,
Hujan yang merelakan kenangan itu
Karena tiap tetesan airnya
Menyisakan tangis untuk siap keluar kembali

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It