Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Minggu, 28 Oktober 2012

Mengenal Kecerdasanku

Ada berbagai macam kecerdasan. Setidaknya dari beberapa buku yang pernah aku baca, aku mengenal beberapa macam kecerdasan tergantung pribadi kita. Yuk, liat letak kecerdasan kita dimana. :)

Kecerdasan Bahasa

Kamu menikmati membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Dan semua itu kamu lakukan dengan mudah. Kamu senang menghafal informasi dan memperluas perbendaharaan kata dan kamu mungkin merupakan pendongeng yang handal.

Kecerdasan Musik

Kamu dapat merasakan adanya nada, komposisi dan irama tertentu dalam berbagai benda yang tampaknya tak memiliki hal-hal itu sama sekali. Contohnya adalah kicauan burung, bunyi jangkrik, atau bahkan musik yang orangtua kamu biasa dengarkan. Kamu dapat 'mendengar' bunyi nada dan tinggi atau rendahnya suara. Selain itu, mungkin kamu lihai dalam memainkan satu atau lebih alat musik, dengan cara hanya mendengarkan saja atau dengan bimbingan. Kemungkinan besar kamu sangat menyenangi berbagai jenis musik.

Kecerdasan Matematis-Logis

Kamu secara naluriah mengkategorisasi berbagai barang dan lihai menghitung, sering kali di kepala. Angka dan konsep matematika sangat mudah bagimu. Kamu juga sangat menyukai permainan asah otak, puzzle, permainan, dan komputer.

Kecerdasan Visual-Spasial

Kamu dapat langsung tahu jika sebuah bangunan (atau lukisan atau seseorang) tidak terlalu simetris. Jika kamu seorang atlet, kamu akan dapat memperkirakan secara tepat sudut yang diperlukan untuk membuat gol dalam permainan hoki atau memasukkan bola ke dalam permainan basket. Kamu bisa membayangkan dari segala sisi bentuk-bentuk yang sulit dalam pikiranmu dan menggambarkan apa saja yang kamu lihat. Kamu lihai dalam hal bongkar-pasang sesuatu dan kamu menyenangi permainan.

Kecerdasan Kinestetik

Kamu lihai dalam menggunakan dan memanipulasi suatu benda serta mampu menggerakkan tubuh dengan anggun dan mudah. Kamu suka melatih tubuhmu agar tetap bugar, dan bisa menirukan gerakan dengan baik. Kamu bisa jadi berbakat pada satu jenis keterampilan atau lebih, misalnya memahat, menjahit, menenun, membuat pot.

Kecerdasan Interpersonal

Kamu memahami orang lain dengan mudah, dengan cara menganalisis suasana hati dan perasaan mereka. Kamu adalah pemimpin alami dan mediator handal. Kamu dapat melerai pertengkaran diantara dua temanmu dan tetap berteman baik dengan mereka berdua.

Kecerdasan Intrapersonal

Kamu memahami dirimu sendiri dengan sangat baik. Kamu sangat yakin akan perasaan-perasaan, impian dan pikiran-pikiranmu. Kamu juga setia pada cita-citamu. Orang boleh jadi mengatakan bahwa, "Lain dari pada yang lain." Kamu suka membuat catatan harian.

Kecerdasan Naturalis

Kamu merasakan keterkaitan yang mendalam dengan alam dan seisinya, baik tanaman maupun hewan. Kamu suka bereksperimen dan mengamati alam terbuka. Dan kamu mungkin handal dalam berkebun atau memasak.

Sekian pengetahuan dari saya tentang kecerdasan. Mau yakin atau tidak, nggak apa-apa. Toh, itulah fungsi akal yang Tuhan berikan, bukan?
Semoga bisa bermanfaat untuk mengenal dirimu jauh lebih dalam. Sekian. Terima Kasih. ^^


Untuk melakukan hal yang baik didunia,
Pertama kamu harus tau 'siapa dirimu'
Dan apa saja yang berarti dalam hidupmu. :)

Behind The Black


So wonderful beauty that God has given, until this moment I can joke with every bliss that I have. About you and be with you, I'm always bombarded with a sweet smile that is so sincere from you. I always expect the time to stop when I'm with you. Holding hands with a steady foot into the light of life will progressively light glare. I wish I could repeat more sense of that day. How I could only be grateful for the gift of God that is so kindly giving happiness to useless to us.

But again, that's just what happened several years ago. When you're still here, still accompanied my day with such great spirit to stay with me. I always repeat my way to get your attention every time you're busy with your own business. At that time, I always succeed to get love, even though you sometimes look so upset because I made you even pay attention to me alone. But, now all changed. Since you came back to the God a year ago, the fog was still covering my smile.

 At that time we were enjoying the way back to the city where we live. I'm trying to reach my phone lying on a sofa behind the car. I tried reaching out, but damn. You were with a small gap that trying to reach my phone watching me until when I got back to my seat, a truck passing leads us to the forward car accident so tragic for me recalled back. I saw you covered in blood at the time. I was about five feet away from you is reversed in the car. I could not do anything about it. All I could do is seeing you from my place and tried to shout your name as loud as possible. But again unlucky. A voice so strong I tried to remove it from my throat finally could not instigated. Until more people are swarming around us and after that blackened my sight until I forget things after that.

After that, all I remember is the first time I opened my eyes I saw that it was only a white roof. Sure enough, this is hospitals. Oh, no ... Where is he? Where's my sweetheart? You know, when I started powered remember him, I tried to turn his head toward my right. All I saw was my father stood beside my best friend. I'm still not able to say that I took it out of my mouth only afford a small sigh seemed to have tired of waiting.Their faces are so scary. As if to keep me unconscious. definitely, after that I was holding my father's hand, as if asking for an explanation of all this.

I hate honesty. I covered my ears did not want to hear anything else they say. Tears dripped chubby cheeks. The tears that yesterday had me spend time with her happy tears. I was upset with many things. Especially with God. What else You want? Can not You just let me be happy for a moment. Until finally You dispose of that happiness. Immediately I was so very angry with the God. I became his servant that is so pagan. Dirty up my mind I was struggling trying to pull out the IV that is embedded in my right arm.

The incident I'll never remember back. At least, that's my promise to him when I attended his funeral. I was weak, I was covered in black cloth on my head. With that I wear sunglasses to cover my eyes because the bruises would not stop crying and sitting in a wheelchair not because I could not walk. I promise I will never be as happy as with you anymore. I can not. And really could not.

I became a person who is so pathetic. I spent my days just to paint the sky outside the window. My friend can not afford it with my behavior. She finally took me to an orphanage. At first I did not understand the desire. Until the third time we were there I understood her point. She wanted me as strong as that children. So I was just hiding behind its thick black clouds that had been fool me. My love will be happy there too. Well, he reasoned carry the name of love. I know his intentions so well. Until finally I tried to get up and start painting for the children.

Since that day I started to build up my life again. I started actively attending school painting again. I started learning about the social life I had never thought of before. I became more open and slowly being myself the first, although there is a black hole in my heart. Every month, I always go to his grave. I pray that he's be happy there too and also tell a lot about my life now.

Since the lessons of my life that I began to brave to learn the new things, try to release  the shadows of my love began to pass. I consider it to be a black fog of my past. I began to fill my days with rainbow. But I always remember my promise to him. I would still love him. Remain always and will never change.

Sadness and tears those are my life lessons.
I'm trying to survive, although I would fall
I will not know
, until I tried it. :)

Surga

Dengan rasa ini, pagi hari yang berkabut bisa menjadi surya yang indah bila mengenangmu. Dengan rasa ini pula, ku tembus pagi ini dengan rasa yang berjuta. Mengawali hari itu indah bagiku. Kau tau? Indah yang ku maksud bukan indah yang sebenarnya. Melainkan hanya majas hiperbola yang terlalu melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya biasa saja. Tapi bagiku, ini lebih dari cukup. Kebahagiaan selama ini bukan sekedar hanya kesenangan yang berhura-hura ria. Tapi melebihi Surga yang pernah Tuhan janjikan dalam Kitab-kitab-Nya.

Ya, Tuhan memang hanya ada satu. Menurutku, ajaran dan keyakinan lah yang menjadikan-Nya seolah beragam. Mengapa harus ada perbedaan itu? Huftttt.... Andai tak ada yang berbeda dalam keyakinan, dan Tuhan yang kita sembah hanya Dia. Aku yakin sekali bahwa kita akan benar-benar bisa bersatu. Yah, bukan kita yang bersatu menjadi satu tubuh tapi hati kita yang bersatu beriringan menapaki kehidupan. Kau dengan kepercayaanmu dan aku dengan kepercayaanku bisa tetap berjalan dengan baik. Saling mengisi. Tapi mereka?

Ah... Mereka. Mengapa harus ada mereka. Membuat semua yang pernah kita lalui seolah tak berarti. Mereka menganggap bahwa perbedaan itu terlampau dahsyat. Begitu mengguncang jika kita bersama. Nganga itu semakin mejadi ketika penolakan itu justru paling gencar ditujukan oleh orang terdekat ku. Betapa hancurnya hati ku ketika kehendakku harus ku muntahkan begitu saja karena ketidaksetujuan mereka. Mengapa mereka harus ada? Mengapa?

Mengapa? Setiap malam hanya kata tanya itu yang selalu terucap dibenakku. Aku ingin kau tau, aku tak ingin ini terjadi. Aku tak bisa menyalahkan-Nya. Aku hanya hamba-Nya yang begitu percaya meyakini sepenuh hati ku bahwa Dia-lah yang paling berperan dalam hidupku. Ya, Tuhan. Kau ciptakan langit dan bumi ini untuk saling melengkapi, bukan? Tapi mengapa saat ini langit dan bumi yang kau ciptakan itu digunakan para umat-Mu untuk menjadikan sebuah klise kehidupan yang begitu pahit ini. Bahwa kata mereka, "Langit dan Bumi tak akan bersatu, mereka diciptakan saling melengkapi tapi tidak untuk bersatu." Ya, Tuhan.... Berapa kali aku harus berdoa dalam setiap sujudku pada-Mu, bahwa aku nyatanya ingin semua perbedaan ini berakhir. Tapi satu sisi aku tau, Kau menciptakan perbedaan ini untuk umat Mu agar mereka bisa merenungkan setiap perbuatan mereka.

Pro dan Kontra kehidupan seakan semakin lengkap ketika kau pun juga menyetujui keinginanku yang benar-benar bukan dari hati terdalam ku. Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Haruskah aku lantas pergi, meski cinta tak kan bisa pergi? Salah satu lagu dari Marcel "Peri Cintaku", yang barusan saja aku dengar di MP3 ku yang dengan sengaja aku putar untuk mengenang kisah cintaku ini. Kau tau? Cinta itu memang tak selamanya membutakan. Buktinya, jika cinta buta, cinta tak akan hancur hanya karena Ketuhanan yang dianut berbeda. Mungkin itu hanya bagiku bukan untuk kalian. Tapi, Please..... Aku mohon, jangan kau iyakan keinginanku itu. Aku tak ingin semua berakhir begitu saja.

Bukankah kita pernah berjanji? Tak akan ada yang bisa memisahkan kecuali Tuhan. Ya, Tuhan. Apa yang Kau rencanakan kali ini untuk kehidupan cintaku? Ataukah harus aku menunggu sang waktu yang akan menjawabnya? Aku tau jika ini terjadi berarti kami bukan jodoh. Aku tau pula bahwa garis tangan yang telah Kau lukiskan tak mampu kami ubah. Maka aku mohon dengan sangat meminta, tolong Kau buat kami bersama, walau mungkin kami tak bersama di dunia Mu ini tapi satukan kami disurga Mu kelak yang telah Kau janjikan. Aku tau, setiap kepercayaan meyakini adanya Surga yang abadi maka dari itu aku pula yakin bahwa hanya surga Mu yang akan bisa menyatukan kami tanpa ada kata mereka.

Mungkin tak semudah itu juga kamu iya kan pernyataan ku kemarin malam. Aku bersikeras untuk mengakhiri semua ini demi mereka. Lagi-lagi alasan ku adalah mereka. Bisakah mereka ku buang jauh-jauh agar tetap bersamamu? Kau katakan jika aku hanya memikirkan mereka, bahwa aku tak benar-benar menginginkan itu, bahwa aku tak memikirkan perasaan ku sendiri yang sebenarnya tak ingin ini terjadi... IYA... Memang benar, sayang. Aku ingin ini hanya mimpi. Kau tau, aku butuh banyak waktu hingga akhirnya kepingan air mata ini aku kumpulkan untuk akhirnya ku dirikan sebuah kekuatan kokoh untuk mengakhiri semuanya. "Kau bohong! Kau bohong, sayang....! Kau hanya memikirkan mereka! Aku tau, kau tak ingin ini terjadi, bukan? Ayolah, sayang... Berhenti berkata mereka! Hingga akhirnya nanti mereka akan bahagia melihat kita bahagia bersama." Kau berkata dengan sungguh. "Tapi kau tak tau, mereka benar-benar mengenal ku begitu lama. Tak bisa kau ucap begitu, kau tau? Aku bukan tak berpikir. Ini membuat ku hampir mati." Aku membalas dengan derai air mata yang akhirnya mengucur juga dari bukit yang telah lama menahan derasnya aliran itu. Aku tak bisa menoleh ke belakang lagi. Aku sudah terlalu takut dengan melihat wajahmu yang begitu mendung. Pelangi yang selalu menghiasi wajahmu sekarang berubah menjadi petir dengan pekat hitam awannya.

Maafkan aku. Sayangnya, aku terlalu pengecut untuk mengatakan dua kata tersebut. Ya, Tuhan. Inikah yang kau inginkan? Kau ingin dua hamba Mu ini berakhir tragis dengan goresan yang begitu perih dihati kami? Aku tak menyalahkan-Mu. Aku hanya bingung dengan garisan ini. Apakah aku pernah menyetujui hal ini sebelum kehidupan ku? Mengapa ku lakukan itu? Tak pernahkah aku berpikir bahwa aku akan terluka sedalam ini? Aku tak sanggup. Aku berjalan selangkah perlahan namun pasti meninggalkanmu. Hingga akhirnya kau memanggil namaku dengan begitu keras. Nada kalimatmu itu seolah memerintahkan aku untuk kembali dan jangan bergerak selangkahpun menjauhi mu. Tapi aku hanya menghentikan langkahku sekejap hingga ku tahan semua emosi yang memuncak untuk kembali padamu. Ku tegaskan langkahku kembali untuk tetap melangkah tanpa keraguan. Aku berlari agar udara malam ini tak terlalu lama menusuk jantungku yang nanti bisa membuatku jatuh tersungkur dengan bodoh.

Aku tak tau sejak saat itu. Aku dengan sengaja memutuskan kontak denganmu. Aku tak mau diri ini menjadi bodoh dengan kasus cinta yang begitu tragis ini. Aku tak ingin kau pun berlarut dengan air mata yang semalam sempat ku lihat dalam tundukkan ku. Sejak saat itu, aku hanya mendengar berita dari teman-teman ku yang berkata bahwa kau selalu menanyakan ku. Ya, Tuhan. Tak bisakah kau buat cerita cintaku yang lebih simple dengan bunga-bunga yang indah? Bukan malah dengan darah yang menembus setiap jengkal laraku. Aku tak mampu munculkan diriku depan dirimu. Betapa bodohnya aku hanya karena mereka  aku menghancurkan hati yang begitu lembut.

Sekarang, sudah 5 tahun berlau, bayang mu telah membuat ku menjadi pribadi yang lebih kuat. Terima kasih atas cinta yang begitu lembut yang mengajarkan ku tentang arti kesetian, ketulusan, kehidupan bahkan keyakinan yang tak bisa terbohongi.

Aku ingin berbagi sedikit padamu. Sekarang apa yang ku inginkan telah aku dapatkan. Kau tau, aku dulu sering bercerita padamu tentang diriku yang nanti akan mengenakan sebuah almamater putih khas dokter. Tentunya, sekarang aku mewujudkan mimpiku itu. Kau tau? Yang hingga detik ini ku ingat, kau lah orang pertama yang memanggilku Bu Dokter, dulu saat kita bercerita tentang keinginan  masa depan kita. Dan terakhir ku dengar kau mengambil fakultas Hubungan Internasional. Aku bahagia sekali. Keinginanmu untuk menjadi seorang Duta Besar akhirnya benar-benar kau tempuh. Aku pun punya kebanggaan tersendiri dihatiku. Bahwa suatu saat nanti, aku akan melihatmu berdiri di podium dengan lambang Garuda sedang menyampaikan pidato kenegaraan. Kau, Pak Dubes. Hehehehe... Aku bangga setidaknya kau pernah mendengar kata-kata ku itu dengan langsung.

Kau akan tetap terukir indah di hatiku. Semoga aku tetap dihatimu hingga akhir nanti. Hingga doa ku pada Tuhan untuk menyatukan kita di surga kelak tercapai. Kau harus mempersiapkan dirimu. Pada nantinya, kita akan bersatu disebuah tempat nan indah yang benar-benar diakui setiap kepercayaan tanpa ada kata mereka. Sampai berjumpa di Surga, sayang. :)

Bukan karena keyakinan yang berbeda
Tapi karena Tuhan mempunyai caranya sendiri untuk menyatukan kita
Dalam sebuah hati yang utuh. :)
Sabtu, 27 Oktober 2012

Rasa yang Seketika


Ada yang lain ketika aku terbangun tengah malam tadi...
Seperti biasa bayangmu yang selalu menghantui aku, hadir kembali dalam suasana malam yang berselimut pekat awan hitam. Yang beda hanya perasaan ku saja. Jika kemarin kita pernah berbicara tentang keraguan cinta tapi kini itu terjadi kembali padaku.

Aku hanya ingin ada satu kata yang terucap dari dirimu. SATU KATA saja. Just it. Aku mulai mempertanyakan janji yang kau ucapkan hari itu. Bak mendung yang tiba-tiba datang, sesegera mungkin pula petir menyambar hatiku, ada yang mengganggu tidur malam ku kali ini.

Aku ingat salah seorang.. Oh, bukan. Beberapa teman ku berkata kau bukan yang dulu lagi. Hatimu tak lagi aku. Itu yang mereka katakan padaku. Lagi-lagi ekspresi mereka muncul dalam memori yang pernah sengaja aku buang untuk mempercayai mu lagi. Saat itu ketika jam pelajaran dikelas ku sedang kosong. Yah, jarang sekali ada guru yang mengikhlaskan jam pelajarannya untuk kami buang sekedar untuk berhura-hura. Mereka duduk di depanku. Seolah membicarakan ku. Oh..., tidak mereka memang membicarakanku. Gosipkah atau memang Nyata? Aku tak tahu.

Salah seorang dari mereka melirik ke arahku, sekecap mata pun aku melirik ke arahnya, kau tau? Mata kami bertemu untuk beberapa detik hingga akhirnya salah seorang dari temannya itu menyadarkan lamunan kami. Kau tau yang membuat ku tersambar petir di siang bolong? Dia berkata pada yang lain, "Diam. Jangan sampai dia tau!", dia berkata. Namun, damn... Kau terlambat. Kata-katamu itu telah terekam di memoriku. Langsung saja tanpa basa-basi aku bertanya kepada mereka, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Tentang diriku kah? Ada apa dengannya?", pertanyaan itu seketika meluncur bebas dari tenggorokan ku yang langsung saja keluar tanpa meraba lagi. Aku terbelalak mendengar pernyataan salah seorang dari mereka yang berkata jujur. Huft... Jujur. Setidaknya tak satupun yang dia ragukan dalam kalimatnya itu. Terutama caranya bertutur padaku. "Dia suka dengan salah seorang adik angkatnya. Kau tau kan? Bagaimana lingkungannya? Nama perempuan itu Y****."..... Apa??? Aku benar-benar mati berdiri mendengar pernyataan mereka. Benar-benar mengecewakanku jauh daripada saat aku tau bahwa juara umum ku direbut oleh sepupuku sendiri. Ini benar-benar GILA. DAMN.....

Siapa? Siapa nama perempuan itu? Y.. Ya.... Siapa? Benar-benar aku tak bisa mencerna satu nama yang begitu akrab ditelinga seorang Indonesia seperti ku. Aku bahkan sekarang lupa nama perempuan itu. Ku ingat sekali, sehabis dia menceritakan hal itu, mereka tertawa. Entah puaskah karena aku akhirnya termakan gosip murahan itu atau karena ekspresi wajahku yang seperti orang bodoh yang tak sanggup aku tutupi? Kau tau, aku bingung. Kau tau? Aku benar-benar bodoh. Aku benar-benar tercekik dengan satu kalimat yang menjatuhkan hatiku jauh ke dasar jurang. Aku tak bisa berpikir sehat. Yang ku tau, hati dan pikiran ku setuju bahwa aku KECEWA.

Aku ingat kalimat mu beberapa hari sebelum kejadian itu terjadi. Kita sedang berbicara tentang Kunci dan Gembok. Kau benar-benar berjanji, "Jika kunci akhirnya tak bisa menemukan gembok, kunci itu akan mencari sendiri gembok asli miliknya." Kalimat itu mampu menyihir ku hingga aku percaya kembali padamu. Tapi, kali ini benar-benar meruntuhkan semua kata itu. Ketika bel berbunyi, bergegaslah aku pulang tanpa menoleh siapapun yang memanggilku. Yah, biasanya aku pulang bersama teman ku atau setidaknya kami keluar kelas bersama. Tapi kali ini, amarah yang memuncak sudah terlanjur meledak seperti bom atom. Bahkan rasa sakit akibat ledakan itu mengalahkan bom atom Hiroshima-Nagasaki. Aku benci perasaan seperti ini. Perasaan yang hanya akan membuat ku terjatuh sakit lagi.

Sesampai dirumah, aku bergegas masuk ke kamar ku. Aku menangis, kembali tanpa suara. Tapi hanya itu yang bisa ku lakukan. Jika aku berteriak, dengan segera Mamaku masuk ke kamarku dan bertanya heran. Aku tak mau hal itu terjadi. Ketika jam menunjukkan tepat pukul 13.00 WIB, mamaku pun mulai menyadari bahwa sedari tadi aku mengurung diriku di dalam kamar. Aku pun belum makan siang. Mamaku memanggilku sambil mengetuk pintu kamarku. "Kak, ayo makan. Sehabis itu tolong kamu antar adik mu pergi ke tempat kursusnya siang ini. Mama sedang ada kerjaan." " Iya ma, tunggu sebentar." Aku tak mau mamaku semakin menunggu lama jawaban ku. Segera aku keluar dan mengantar adikku. Selama perjalanan, pikiran ku sibuk dengan apa yang harus ku perbuat setelah ini. Hingga aku harus berkonsentrasi  lebih keras beberapa kali untuk tetap fokus pada jalanan. Hingga pulang dari mengantar adikku, aku pergi kerumah temanku. Sesampai disana aku menjatuhkan butiran air mata yang masih bersisa. Temanku hanya bisa diam dan bingung. Aku tiba-tiba datang kerumahnya dengan air mata yang tak habis-habisnya. Hingga dalam tangis ku aku berusaha menceritakan padanya apa yang ku alami di kelasku tadi.

Reaksi temanku payah. Dia hanya tersenyum dibalik tangis ku. "Itu hanya gosip. Ayolah, tumben kamu termakan gosip murahan seperti itu. Mana mungkin dia seperti itu dibelakang mu? Kau tau sendiri dia orang yang seperti apa selama ini." Dengan mudah dia bertutur seolah mengejekku dengan halus. "Tidak. Kali ini mereka serius. Pokoknya, mulai hari ini aku putus hubungan dengannya. Aku hapus seluruh pertemanan di akun ku terhadapnya. Bahkan nomor nya akan ku hapus dari kontak ponselku." Aku berkata hingga akhirnya tersadar dengan apa yang ku katakan tadi. Lagi-lagi dia meragukan ku. Memang selama ini aku hanya berani mengancam, karena akhirnya aku pun yang menyerah. "Tapi, jika satu bulan ini akhirnya dia menghubungi ku lagi, aku tarik kata-kata ku tadi." Benar bukan? Aku hanya mengancam. Temanku menggeleng-gelengkan kepala nya saja. Dia tau benar sikapku kali ini. Tapi, kali ini benar-benar akan ku lakukan.

Hingga akhirnya aku menghiraukan pernyataan teman sekelasku kemarin. Aku melanjutkan janji ku dengan berharap dia punya feeling hingga akhirnya menghubungi ku lagi. Yups, benar sekali. Dia menghubungi ku lagi. Dia bertanya mengapa selama ini aku menghilang? Marahkah aku padanya? Seperti biasa, aku katakan aku baik-baik saja. Aku bahagia kali ini. Setidaknya kata-kataku kemarin bisa ku ralat.

Jika mengingat kejadian itu, batinku tertawa. Betapa gamangnya aku dengan pendirian ku. Malam tadi aku mulai mempertanyakan rasa itu lagi. Aku harap rasa ini tetap bertahan dihatiku. Aku harap Rasa ini tak pernah berubah. Aku suka dengan rasa ini. Terkadang membuat sesak di dadaku. Tetapi dengan kecepatan cahaya bisa membuatku benar-benar berbunga-bunga. :)


Meresapkan setiap detik di kehidupanku
Aku tau daun itu suatu saat akan gugur
Tapi untuk saat ini,
Biarkan aku menghirup aroma manis bunga itu :)

Asal Mula Nama Irian (Naskah Drama)

Adegan 1

Dahulu kala, di kampung Sopen, Biak Barat, tinggal sebuah keluarga yang memiliki beberapa anak laki-laki.

Saudara 1 : (Dengan raut wajah kesal) "Betapa baunya kau, Mananamakrdi! Terasa mual aku mencium         aroma tubuhmu itu!"
Saudara 2 : (Tersenyum misterius) "Tak aneh jika dia beraroma seperti itu. Tubuhnya yang dipenuhi kudis, siapapun tak akan tahan dengan baunya..."
Mananamakrdi : "Seperti inilah aku terlahir... Mengapa kalian tak pernah menerima keadaanku ini?"
Saudara 3 : "Maka dari itulah kau harus tidur diluar ruma... Baumu itu membuat kami membencimu."
Saudara 1 : "Jika kau melawan, tak segan-segan kami akan menendang kau keluar hingga kau rasakan kesakitan ditubuhmu."
Mananamakrdi : "Aku juga sama seperti kalian. Jika tahu akan terlahir seperti ini, akupun tak mau terlahir!"
Saudara 2 : (Dengan marahnya) "Kalau begitu, pergilah kau!!! Kami sudah tak tahan dengan bau kudismu itu. Kau cari tempat tinggal lain saja. Jangan kau kembali lagi!"


Dengan sedih beserta rasa marah yang berkecambuk dibatinnya, Mananamakrdi akhirnya hanya bisa memendamnya. Mananamakrdi pun pergi meninggalkan saudara-saudara yang membencinya itu.

Adegan 2

Setelah pergi, Mananamakrdi sampai di pantai timur dan dilihatnya lah beberapa perahu yang tertambat.

Mananamarkdi : "Sudah jauh aku berjalan ke arah timur." (Dilihatnya lah sekelilingnya) "Pantai ini? Berarti inilah saatnya. Aku sudah tak tahan dengan olokan-olokan saudara-saudara ku itu. Betapa hinanya diriku bagi mereka..."

Dilihatnya beberapa perahu yang tertambat di tepi pantai.

Mananamakrdi : "Ku ambil satu perahu itu. Akan ku arungi lautan luas itu."

Dan diambilnya lah salah satu perahu, lalu ia pergi berlayar mengarungi lautan.

Adegan 3

Setelah mengarungi lautan luas, ia menemukan sebuah daratan yang tak lain adalah pulau Miokbudi di Biak Timur.

Mananamakrdi : (Bingung) "Pulau apa ini? Sepertinya aku telah sampai di pulau Miokbudi di Biak Timur. Baiklah, akan ku mulai kehidupanku yang baru disini. Dan aku akan buat gubuk kecil dihutan ini."

Dibuatnya lah sebuah gubuk di dalam hutan. Mananamakrdi memulai kehidupannya.

Adegan 4

Pagi hari di sebuah gubuk di dalam hutan.

Mananamakrdi : "Pagi ini aku akan pergi memangkur sagu untuk makan ku."

Dilihatnya sekeliling gubuk kecilnya, yang ternyata terdapat beberapa pohon kelapa yang dapat disadapnya.

Mananamakrdi : "Kebetulan disini terdapat beberapa pohon kelapa. Dengan itu, akan ku buat tuak dari bunga kelapa dan sore nanti akan ku panjat kelapa itu dan ku potong manggarnya."

Diambilnya kapak kecilnya, lalu dia mulai pergi ke dalam hutan, bekerja memangkur sagu dan membuat tuak.

Adegan 5

Hari berikutnya, Mananamakrdi terkejut melihat nira-nira air dalam tabungnya telah habis tak bersisa.

Mnanamakrdi : (Dengan kesal) "Siapa orang yang berani-berani mengambil nira-nira ku ini. Aku ingin tau siapa orang itu. Malam ini aku akan menangkap pencuri itu."

Mananamakrdi diduduk dipelepah daun kelapa itu. Hingga larut malam dan menjelang pagi, Mananamakrdi tetap menunggu pencuri itu.

Mananamakrdi : (Dengn terkejut) "Mahkluk apa itu? Memancar sangat terang mendekati pohon kelapa ini." (Dilihatnya makhluk itu meminum seluruh niranya) "Ternyata makhluk itu si pencuri yang ku cari!!"

Saat makhluk itu berlari, Mananamakrdi menangkapnya. Makhluk itu meronta-ronta dan ketakutan.

Sampan : (Sambil memohon) "Aku sampan, si bintang pagi yang menjelang siang. Tolong lepaskan aku, matahari hampir menyingsing."
Mananamakrdi : "Ohh.... Kalau begitu, sembuhkan dulu kudisku. Dan beri aku seorang istri cantik."
Sampan : "Sabarlah, di pantai dekati hutan ini tumbuh pohon bitanggur. Jika gadis yang kamu inginkan sedang mandi di pantai, panjatlah pohon bitanggur itu, kemudian lemparkan satu buahnya ke tengah laut. Kelak gadis itu akan menjadi istrimu."

Lalu Sampan mengelakkan dari pegangan Mananamakrdi dan Mananamakrdi pun melepaskannya sambil berharap kebenaran dari perkataan Sampan tadi.

Adegan 6

Sejak hari itu, setiap sore Mananamakrdi duduk di bawah pohon bitanggur memperhatikan gadis-gadis yang mandi. Lalu, dilihatnya seorang gadis cantik sedang mandi seorang diri. Gadis itu adalah Insoraki, putri Kepala Suku dari kampung Miokbudi.

Mananamakrdi : "Begitu cantiknya gadis itu... Sepertinya dia adalah putri dari Kepala Suku Miokbudi... Sebaiknya segera ku panjat pohon ini."

Di panjatnya lah pohon itu, sambil menahan rasa sakit dikulitnya akibat bergesekan dengan pohon. Lalu, diambilnya satu buah bitanggur dan dilemparnya ke laut...

Insoraki : (Dilemparkannya buah bitanggur itu ke tengah laut) "Buah apa ini?" (Dilemparkannya lagi) "Mengapa buah ini tetap kembali ke arahku? (Merasa Jengkel) Sebainya aku pulang saja!"

Karena merasa jengkel, Insoraki pun pulang. Mananamakrdi pun pulang juga dengan berbahagia hati setelah kejadian itu.

Adegan 7

Setelah kejadian itu, Insoraki hamil. Kejadian aneh itu ia ceritakan kepada kedua orangtuanya.

Insoraki : "Sewaktu saya mandi seorang diri di pantai, ada satu buah bitanggur yang mengenai tubuhku. Dan ketika saya lempar buahitu, buah itu tetap kembali lagi pada saya. Apa karena buah itu saya hamil?"
Ayah Insoraki : (Menggeleng-gelengkan kepala) "Mana mungkin? Belum ada cerita bahwa buah bitanggu dapat membuat seseorang hamil!!"
Insoraki : (Dengan yakin) "Benar ayahanda... Tak mungkin anakmu  ini berbohong!"
Ayah Insoraki : "Sudahlah... Kembali ke kamar mu! Sebaiknya tak usah kita bicarakan ini lagi.."

Mereka pun kembali ke tempat mereka masing-masing.

Adegan 8

Beberapa bulan berlalu. Insoraki pun melahirkan. Lalu mereka mengadakan pesta pemberian nama. Pesta itupun dihadiri para penduduk kampung dan juga Mananamakrdi.

Ibu Insoraki : "Walau kami belum mengetahui siapa ayah dari anakmu itu, dia tetap bagian dari keluarga kita. Waktupun telah berlalu, anakmu pun kini telah terlahir. Begitu banya kejadian aneh yang terjadi selama ini."
Ayah Insoraki : "Mulai dari siapa ayahnya, lalu kelahirannya yang tak biasa. Dimana bayi-bayi yang baru lahir menangis, dia justru tertawa."
Insoraki : "Saya pun tak tahu dengan semua ini. Saya tak mengeri dengan apa yang terjadi, Ibu."

Lalu dimulailah pesta pemberian nama. Pesta yang dihadiri oleh seluruh penduduk kampung itu, begitu ramai.

Ayah Insoraki : "Dengan ini kami memberikan nama Konori bagi anak ini. Semoga dia bisa menjadi anak yang terbaik."

Mananamakrdi yang berdiri didekat mereka pun menikmati jalannya pesta, sama seperti para hadirin yang lain. Ketika pesta tarian berlangsung, tiba-tiba Konori berdiri dan menggelendot dikaki Mananamakrdi.

Konori : (Sambil berlari) "Ayah....."
Mananamakrdi : (Dengan Kaget) "Anakku......"

Lalu Mananamakrdi menggendong Konori. Semua orang terkejut. Pesta itupun dihentikan. Ayah Insoraki mendekati Mananamakrdi dengan marah dan terheran-heran.

Ayah Insoraki : (Dengan heran) "Kau siapa? Beraninya kau mengaku-ngaku. Tak mungkin anakku mau dengan pria sepertimu!"
Mananamakrdi : "Kejadian dipantai itu? Akulah orangnya. Orang yang melempar buah bitanggur ke arahnya, (sambil menunjuk Insoraki), Insoraki yang sedang mandi seorang diri. Dan Konori adalah anakku."
Ibu Insoraki : "Jika memang benar kaulah ayah Konori maka harus apa lagi... Inilah orang yang selama ini membuat kita gelisah!"
Ayah Insoraki : "Apa benar kau orangnya?"
Mananamakrdi : (Dengan yakin) "Benar. Mana mungkin seorang Konori yang sekecil ini tiba-tiba memanggil aku, seseorang yang tak pernah dia kenal dengan sebutan Ayah. Seperti anak yang telah lama tak berjumpa dengan ayahnya."

Semua orang yang berada disana mengangguk-angguk. Orang tua Insoraki pun akhirnya dengan berat hati mempercayai kejadian itu.

Ibu Insoraki : "Jika itu benar, maka sudah seharusnya dia kita nikahkan dengan Insoraki."

Insoraki hanya bisa terdiam. Dia tak tahu harus apa lagi.

Ayah Insoraki : "Baiklah besok kita adakan perta pernikahan mereka."
Ibu Insoraki : "Sebaiknya kita mulai merencanakannya di rumah saja."

Adegan 9

Pada malam hari, setelah pesta pernikahan Insoraki dan Mananamakrdi, orang tua Insoraki dan beberapa pemuka masyarakat hadir diruang tengah rumah Insoraki. Mereka sedang berbincang-bincang dengan serius tanpa kehadiran Insoraki dan Mananamakrdi.

Ayah Insoraki : "Betapa jijiknya aku dengan Mananamakrdi itu. Aku tak tahan dengan kondisinya yang seperti tiu."
Ibu Insoraki : "Tapi dia telah menikah dengan Insoraki, anak kita."
Pemuka Masyarakat 1 : "Masyarakat disini pun merasakan seperti itu, Tuan. Bahkan beberapa diantara mereka berniat untuk meninggalkan kampung ini."
Pemuka Masyarakat 2 : "Apa sebaiknya kita lakukan hal seperti mereka, kita tinggalkan kampung ini dengan membawa semua ternak dan tanaman milik kita?"
Pemuka Masyarakat 3 : "Tapi apakah itu terlalu kejam bagi Insoraki dan Konori?"
Ibu Insoraki : "Begitu berat meninggalkan putri semata wayangku. Tapi aku pun tak tahan dengan suaminya yang seluruh tubuhnya dipenuhi kudis."
Ayah Insoraki : "Baiklah, besok pagi-pagi sekali kita tinggalkan kampung ini. Beritakan secepatnya ke seluruh penduduk. Dan ingat, jangan sampai berita ini diketahui mereka berdua!"
Pemuka Masyarakat 1, 2 dan 3 : "Baiklah Tuan."

Para pemuka masyarakat pun pergi untuk menyebarkan kabar itu secepat mungkin. Sedangkan orangtua Insoraki pun kembali ke ruangan mereka.


Adegan 10

Setelah ditinggal para penduduk desa bahkan orang tua Insoraki, jadilah kampung itu sepi. Hanya Mananamakrdi, Insoraki dan Konori yang tetap tinggal dikampung itu. Suatu hari, Mananamakrdi mengumpulkan kayu kering, kemudian dibakarnya.

Insoraki : "Hari telah berlalu. Sudah cukup lama para penduduk termasuk orangtua ku meninggalkan kita dikampung ini."
Mananamakrdi : "Engkau harus bersabar. Semua ini mereka lakukan pasti dengan tujuan dan pertimbangan yang berat."

Dilihatnya Mananamakrdi mondar-mandir membawa kayu kering.

Insoraki : "Untuk apa engkau mengumpulkan kayu-kayu kering itu?"
Mananamakrdi : "Aku akan membakarnya."

Lalu dibakarnya lah kayu-kayu kering itu. Tiba-tiba Mananamakrdi melompat ke dalam api. Spontan, Insoraki dan Konori menjerit.

Insoraki : "Mananamakrdi...."
Konori : "Ayah....."

Tak lama kemudian Mananamakrdi keluar dari api denga tubuh yang bersih tanpa kudis. Wjahnya sangat tampan.

Insoraki : "Kamu? Mananamakrdi?"
Mananamakrdi : "Ya, ini aku, Insoraki. Mananamakrdi, suami mu."

Dengan waja h bahagia, mereka bertiga bergandengan tangan.

Mananamakrdi : "Aku, Masren Koreri. Seorang pria yang suci."

Beberapa menit kemudian Mananamakrdi mengheningkan cipat, maka terbentuklah sebuah perahu layar.

Mananamakrdi : "Lihatlah! Sebuah perahu layar. Mari kita berlayar mencari tempat baru. Kita berlayar ke Manduri, daerah terdekat dari Manokwari."


Adegan 11

Pagi-pagi buta di Mandori, Mananamakrdi dan Insoraki sedang membersihkan halaman.

Mananamakrdi : (Sambil membersihkan halaman) "Inilah tempat kita yang baru. Semoga di Mandori ini kita bisa hidup dengan lebih baik."

Di arah barat, Konori yang sedang bermain pasir dipantai, melihat-lihat tanah berbukit-bukit yang amat luas. Semakin lama, kabut tersibak oleh sinar pagi.

Konori : (Bergumam dengan suara pelan) "Indahnya pegunungan itu. Tanah berbukit yang sangat luas. (Tiba-tiba ia berteriak) Ayah.... Irian, Iriaaan...."
 Mananamakrdi : "Hai anakku. Jangan berteriak begitu. Irian. Panas, begitukah maksudmu? Ini tanah nenek moyangmu."
Konori : "Iya ayah. Maksudku, panas mathari telah menghapus kabut pagi. Pemandangan disini indah sekali."
Insoraki : "Begitu indahnya pemandangan ini, suamiku."
Mananamakrdi : "Inilah Irian, air laut yang membiru, pasirnya yang bersih, bukit-bukit yang menghijau."

Konon, sejak saat itu wilayah tersebut disebut dengan nama Irian. Air lau yang membiru, pasirnya yang bersih, bukit-bukit yang menghijau dan burung Cendrawasih yang anggun dan molek. Membuat Irian begitu indah. :)

Kamis, 25 Oktober 2012

Tak Ragu, Cinta...

Aku tak pernah ragu...
Kau tahu, malam itu, ku katakan terkadang aku ragu, aku hanya ingin kau selalu meyakinkanku, sepenuh hatimu. Ketulusanmu itu yang akhirnya memaksa ku untuk memaksamu. Aku menjauh bukan untuk menghindarimu. Aku butuh waktu untuk mempertimbangkan setiap kata yang harus ku eja ketika bertemu dengan mu.

Aku menyusun setiap kepingan memori itu aku kumpulkan, hingga akhirnya dengan penuh semangat aku satukan kembali dengan perekat super agar aku bisa mengumpulkan lagi tiap kepingan itu menjadi sebuah kekuatan. Agar aku bisa menjadi dewasa, hingga akhirnya aku bisa berlaku layaknya anak-anak yang tanpa ragu berucap. Tapi aku sungguh, aku akan ucapkan itu, sebuah kata kejujuran yang dulu pun pernah aku ucapkan. Aku ingin meggores tinta suci lagi di tiap lembaran hatimu. Agar aku bisa damai ketika berada cukup jauh dari sisimu.

Aku ingin setiap hembusan nafasmu pun berarti Aku. Berarti bahwa aku yang selalu dan akan selalu bersama mu. Selalu menorehkan setiap senyum didinding hatimu itu. Aku ingin kau benar-benar berpikir saat ini. Peganglah dadamu, tutup matamu, rasakan setiap desiran yang terlintas. Tanyakan baik-baik. "Apakah nama ku yang terngiang indah didalam sana?". Ingin rasanya kau cepat sadari itu kembali. Mengulang itu memang tak semudah yang pernah kita lakukan dari awal. Tapi dengan mengulang kita bisa mengkoreksi apa yang salah dalam semua ini, selama ini.

Satu tahun lalu, tepat dihari yang sama. Kau pernah berucap, kau meminta maaf padaku, kau ingin kita benar-benar utuh. Akupun meringis nyeri didadaku. Betapa semua kata-katamu itu membuah gelitikan kecil diperutku. Mendesirkan darah yang mengalir selama ini. Kau begitu tulus meminta maaf. Tak tahan rasaku, ku anggukkan kecil kepala ku tanda bahwa aku menuruti kemauanmu itu.

Saat itu, andai waktu tau, aku ingin dia berhenti memutar rodanya, agar hanya ada aku dan kau yang bersama melangkah. Tapi, keegoisan sang waktu yang akhirnya tetap memutar roda itu. Hingga aku terjatuh saat itu. Ringisan ku setiap malam pun seolah tak terdengar oleh sang bulan. Yah Sang Bulan... Mengingat itu, aku pun teringat dirimu lagi.

"Kau tau, kau bagai bulan yang menerangi bumi. Tanpa cahayamu tak akan terang hati ini." Saat ini, kata-kata itu hanya menjadi pengingat ku saat aku sadar kau benar-benar berlalu. Saat aku sadar ketika aku harus mulai berusaha melangkah. Tapi yang tak habis ku pikirkan. Kau selalu melarangku untuk beranjak dari zona aman cintamu. Kau melarangku untuk pergi meninggalkan singgasana cintamu. Aku tak habis pikir dengan keputusanmu itu. Ktika aku ingin terlepas dari bayangmu, kau larang aku. Lagi-lagi, kubiarkan hatiku menang. Ku kalahkan semua keinginanku semula. Aku balas, "Aku akan tetap denganmu. Tak usah kau meragu." Bodohkah diriku?

Ku akui kau Cinta Pertamaku, Kau Kekasih Pertamaku, tapi harus kah aku bertindak bodoh seperti ini? Aku tak tahu. Aku benar-benar menginginkamu. Aku ingin kau berubah. Berhenti mengutak-atik hatiku dengan tanganmu yang keras itu. Aku ingin kelembutan hatimu. Aku ingin kita tetap dengan kepercayaan hati. Aku ingin kita tetap selalu KITA. Yah, kita.... Kau dan Aku, just it.

Malam kemarinpun, kau kembali meyakinkanku. Kau berkata, "Kalau Cinta, kamu ragu gak?"... Aku terbelalak. Membaca pesan yang menggetarkan ponselku. Bahkan virusnya sesegera mungkin menyerang ku yang tak berbenteng apapun. Jelas aku berkata dengan berdetak, "Terkadang. Tergantung keadaannya, kamu?" Detik selanjutnya, ponselku bercahaya kembali, ku baca dan ku tahu. Itu pesan dari temanku. Ya Tuhan, kupikir.... Setelah kubalas pesan temanku, cahaya ponselku kembali benderang, kubaca, "Ngikut aja deh :)" Kau tau, aku ingin kau pun berkata dengan kata-katamu sendiri, "Gak boleh ngikut-ngikut, cowok tuh harus punya prinsip. :p" Setelah ku tekan tombol kirim lalu laporan terkirim pun muncul di layar ponselku. Tak lama, "Oh, gitu ya. Jd gak boleh ikut2 ?" Hahaha, tertawa aku dihatiku... Betapa kau mulai mencoba mencairkan suasana, "Tentunya. Cowok harus berpendirian dan punya prinsip." Lalu balasan segera menyambar ponselku kembali, begitu sigap kau mengetik setiap kata di ponselmu, hingga begitu cepat terkirim di ponselku, "Ok. Ia kagak ragu :)"

Yeah.... Kau sukses meyakinkan ku malam itu, bahkan hingga detik ini. Aku mempercayaimu dengan sejuta tanya yang terlontar oleh pikiranku. Saat ini hanya aku yang berharap atau kau juga? Entahlah.... Aku mencoba bergerak untuk berlomba dengan pikiranku. Aku pun menyeimbangi hatiku. Teman ku mendukung yang terbaik untukku.

Kali ini kau harus tau. Aku tetap duduk disinggasana mu. Kau bayangkan, hanya karena pesan yang ada didalam ponselku, yang bertuliskan pengirim, nomormu...

Bersamamu aku bisa melewati itu...
(D'Massiv - Natural)
Sabtu, 20 Oktober 2012

Sejarah Pramuka Indonesia


Kelahiran Gerakan Pramuka

Sejarah Pramuka Indonesia

 

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.

Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.

Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell (Lampiran C Ayat 8).

Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.

Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.
Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).

Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka

 

Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
  1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
  2. Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
  3. Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
  4. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan

 

Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.

Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.

Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.

Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.

Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.

Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.

Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.

Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.

Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

Source: wikipedia.org

Enjoy It