Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Kamis, 03 November 2016

Mimpi dan Cinta (Naskah Drama Non-Tradisional)


Sinopsis:

Dia duduk disampingku. Kini matanya mulai menerawang pada kejadian 10 tahun yang lalu. Dimana saat itu hanya ada dua orang sahabat, seorang Krisan Putri dan Satrio Mulyono. Mereka berteman, bahkan bersahabat akrab. Persahabatan bagi mereka lebih dari sekedar batas antara dua orang yang berbeda pandangan. Seorang anak perempuan dan anak laki-laki yang berkomitmen berteman dengan naluri persahabatan.

Berawal saat mereka mulai beranjak dewasa. Saat terkadang rasa persahabatan berbatasan langsung dengan rasa kasih sayang tulus. Tapi saat itulah cobaan menerpa persahabatan mereka. Saat waktu mulai merangkak ke tempat yang berbeda haluan. Saat Satrio mulai dengan rasa yang tak terbendung. Tanpa berpikir saat awal perkenalan mereka.
Perkenalan yang diawali karena ketidaksengajaan seorang anak perempuan kecil yang menangis di sebuah Taman Kanak-kanak karena boneka kecil kesayangannya dirusak oleh teman-temannya yang menarik boneka itu terlalu kuat. Dan akhirnya Satrio kecil mendekati Krisan yang tersedu-sedu dengan boneka rusak di tangannya. Sejak saat itu juga mereka berteman. Persahabatan yang kini berlanjut pada masa putih abu-abu. Bahkan tak tanggung-tanggung, keberadaan mereka yang kini menjadi teman sekelas mengubah rasa yang awalnya merupakan rasa kasihan pada seorang gadis kecil menjadi rasa tulus yang ingin selalu berada di dekat gadis kecil itu.

Dimulai dari kepopuleran Krisan sebagai seorang anak yang cerdas dan disukai teman-temannya, membuat Satrio merasa cemburu karena kini waktu untuknya terbagi dengan kesibukan Krisan dengan teman-temannya. Hingga ketika mereka sudah hampir menyelesaikan masa SMA, tepat saat mereka duduk dibangku kelas tiga SMA. Keberanian itupun hadir. Satrio mulai memupuk rasa percaya diri untuk mengungkapkan rasa cinta yang terkurung dalam kedalaman hati kecilnya selama ini. Namun dengan hadirnya sosok Aji dan Rulia semua terhalang. Aji yang menginginkan Krisan dan Rulia yang mendambakan sosok Satrio. Semua justru memperkeruh posisi Satrio. Hingga akhirnya, Satrio menyerah dengan keadaan.
Namun na’as. Ketika rasa itu terungkap jelas, Krisan menyangsikannya. Krisan tak pernah mencintai Satrio. Krisan hanya menganggap Satrio sahabat tertinggi di kehidupannya. Namun tetap, dengan retakan hatinya Satrio setia berada di dekat Krisan walau sekedar sahabat.
Anda, kakak Satrio pun tak mengerti dengan adiknya. Hingga akhirnya mereka berpisah. Kini mereka hidup untuk meneruskan cita-cita mereka masing-masing. Satrio memutuskan pindah untuk melanjutkan studi di luar kota. Meninggalkan Krisan, Aji dan Rulia dengan cerita masa putih abu-abu.
Hingga akhirnya mereka berpisah. Di pertengahan masa perkuliahan, Satrio menghubungi Krisan kembali. Satrio berharap untuk bertemu dengan Krisan setelah rasa rindu itu mengepul dan menyeruak tak tertahankan. Krisan pun begitu. Kini dia merakasan betapa bersalahnya dia menolak rasa tulus dari anak laki-laki kecil yang telah menghiburnya selama ini.
Kau tau? Kini dia menangis disampingku. Sambil menyeka air mata yang turun lancar dari kelopak matanya, dia melanjutkan ceritanya pada bagian akhir yang tak ku duga mampu menyesakkan rongga dadanya.
Hingga saat yang ditunggu tiba. Krisan bersedia bersama Satrio untuk melanjutkan hidupnya. Krisan yang telah sampai disebuah pondok makan yang telah mereka sepakati sebelumnya, menanti kedatangan Satrio. Tak lama kemudian sebuah pesan singkat masuk kedalam ponselnya yang mengabarkan jika Satrio sedang dalam perjalanan. Krisan tersenyum. Hari ini dia rela meninggalkan waktunya dengan Rulia, teman SMA nya yang kini satu fakultas bersamanya, untuk membeli buku seperti biasanya. Dan kejadian itu akhirnya datang.
Di perjalanan, tepat disebuah pertigaan jalan yang cukup menikung tajam, Satrio kecelakaan. Setelah mobilnya menghantam salah satu sisi jalan dan berputar bebas hingga terbalik. Krisan mengetahui kejadian itu setelah dia menerima kabar dari kakak Anda yang selama ini mengenal kedekatan mereka. Saat itu datang ketika Krisan mulai belajar merasakan sesuatu. Dan akhirnya berakhir disebuah kecelakaan tunggal yang menewaskan Satrio.

Adegan 1

Bel berbunyi, menandakan pelajaran hari ini siap dimulai. Namun berbeda dengan kelas XI. IPA1, pelajaran Bahasa Indonesia. Saat itu guru mereka berhalangan hadir dengan alasan sakit. Seketika itu pula suasana riuh mulai hadir.

Rulia      :     (Datang menghampiri Krisan sambil berdiri bertolak pinggang) “ XI. IPA1.. Tak jauh berbeda, ada atau gak ada guru pasti ricuhnya gak selesai. Baru jam perlajaran pertama sudah jam kosong!”
Krisan    :     (Sambil tersenyum dan mencubit lengan Rulia) “ Kelas IPA yang seperti ini mah ya Cuma satu. XI. IPA1.”
Satrio    :     (Duduk santai disamping Krisan) “ Alah… Kalian berdua juga senang kalo jam kosong seperti ini! Emang beda yah kalo yang pinter, doanya guru pada sehat, nah kalo yang malas, gini deh. Doanya guru sering-sering sakit.”
Rulia      :     (Tersenyum sinis) “Hayooo.. Doa kamu, guru pada sakit yah?”
Krisan    :     (mengeluarkan jari telunjuknya dan mengarahkannya pada Satrio) “ Kurangi malasmu, Yo! udah dewasa, mau jadi apa nanti kalau seperti ini terus.”
Satrio    :     (Menuduh balik) “ Kamu itu yang mau jadi apa nanti! Kamu ingat, siapa yang dulu nangis Cuma karena bonekanya rusak.”
Krisan    :     (Mengerutkan dahi) “ Apaan sih kamu? Lagian siapa suruh yang dekatin aku. Niat menolong atau enggak sih kamu itu?”
Rulia      :     (Berpangku dagu diatas meja Satrio dan Krisan lalu berpikir) “ Kamu teman dekatnya Krisan sejak kapan, Yo?”
Satrio    :     “ Udah sejak dia masih nangis gendong boneka.”
Krisan    :     (Melotot kearah Satrio) “ Gak pernah kecil yah kamu?”
Lalu Aji, teman Satrio dari kelas lain menemui Satrio untuk membahas beberapa acara mereka sore nanti.
Aji           :     (Berdiri didepan pintu kelas) “Yo, janji jam kedua mau izin keluar, ditungguin malah gak datang.”
Satrio    :     (Menepuk dahi) “ Hmm… Aku lupa. Maaf. Kenapa kamu gak SMS atau telepon aku saja?”
Aji           :     (Dengan kesal) “ Lama! Masih mau nunggu kamu ngetik balasan. Lebih baik langsung aku datangin aja.”
Krisan    :     (Mengejek Satrio) “ Kakek… Kakek.. Lupa terus sama janji.”
Satrio    :     (Mengancam) “ Aku jamin kamu bakal nyesel sudah ngomong seperti itu.”
Aji           :     (Masih kesal berdiri didepan pintu kelas) “ Cepet! Waktunya udah mepet, Satrio!”
Aji masuk kedalam kelas lalu menarik lengan Satrio dan langsung mengajaknya pergi ke luar.

Adegan 2

Malam hari, di kamar Satrio. Satrio yang sedang mendumel tentang sikap Krisan yang terkesan sibuk dengan tugasnya sendiri dan tak sempat menghubungi Satrio. Di balik pintu kamar pun Anda, kakak sulung perempuan Satrio mendengarkan keluhan Satrio.

Satrio    :     (Sambil memegang HP dan duduk pinggir tempat tidur) “Ah… Punya teman sibuk ya kayak gini. Lupa dengan sahabat sendiri, lebih perhatian dengan kerjaannya sendiri. Sekali-kali telepon, emang susah? Tinggal ambil Handphone terus cari nomor.. Calling deh..”
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Anda masuk.
Satrio    :     (Terkejut lalu menyembunyikan HP nya dan segera berdiri) “ Hmmm… Kakak…”
Anda     :     (Mendekati Satrio dan duduk disebelah Satrio) “ Kenapa, Yo? Kamu ribut lagi dengan Krisan ataaaauuu…. Kali ini Krisan yang nyuekin kamu?”
Satrio    :     (Menyipitkan mata) “ Kakak nguping, yah? Susah Kak punya sahabat sibuk. Lupa dengan sahabat sendiri!”
Anda     :     (Menatap mata Satrio) “ Kenapa begitu? Kamu nya yang sedikit sensitif, mungkin. Kayak perempuan deh kamu, bawel banget.”
Satrio    :     “Bukan gitu kak. SMS aja gak sempet dia nya.”
Anda     :     “Ya kamu tanya baik-baik. Kalo dia banya tugas, gimana?”
Satrio    :     (Wajah malas) “Hmmm… Nantilah aku coba tanya. Kakak hobi banget nguping orang. Keluar gih.. Asal masuk kamar cowok!”

Adegan 3

Rulia yang sedang bermain ke rumah Krisan banyak bertanya kepada Krisan tentang diri Satrio. Termasuk alasan Satrio yang terlihat begitu akrab dengan Krisan.

Rulia      :     (Dengan antusias mendekati Krisan) “Kamu kenal Satrio sudah berapa lama, San?”
Krisan    :     (Mengerutkan dahi) “Hmm… Udah cukup lama sih.. Memang kenapa, Rul?”
Rulia      :     “Gak apa-apa. Wajar aja. Satrio dekat sekali denganmu. Banyak anak perempuan yang suka padanya, tapi Cuma kamu yang bisa mengalihkan perhatiannya.”
Krisan    :     “Ah… Enggak kok. Mereka nya aja yang gak agresif ke Satrio. Yah, Satrio juga orang cuek.”
Rulia      :     (Mengacungkan telunjuknya ke arah Krisan) “Kalian teman kecil?”
Krisan    :     “Iya.. Kamu banyak tanya deh. Aku dan Satrio kan sahabat.”
Rulia      :     (Tersenyum) “Hehe.. Bukan gitu, San. Kalo ada yang tanya ke aku tentang kalian, kan aku bisa jawab.”
Krisan    :     “Alasan kamu aja. Satrio orang nya baik. Dia yang menghibur aku saat temen-temen ku yang lain ngerjain aku sewaktu TK.”
Rulia      :     “Oh… Sejak itu kalian berteman?”
Krisan    :     (Mulai kesal)                “Iya Rulia… Tuh, tugas menunggu untuk diselesaikan. Kerjain gih, Non. Nanti udah makin males loh.”

Adegan 4

Krisan masuk ke kelas setelah bel istirahat berakhir 3 menit yang lalu. Seperti biasa, banyak teman-temannya yang meminta untuk diajarkannya beberapa pelajaran yang tak mereka pahami. Di dalam kelas, Satrio dan Rulia sedang asyik berbincang ketika Krisan masuk.

Rulia      :     “ Krisan, kamu capek?”
Satrio    :     (Wajah kesal) “Miss sibuk datang! Gimana job nya? Rame? Istirahat pun lupa dengan teman!”
Krisan    :     (Mengusap dahinya yang penuh keringat) “ Kamu, Yo! Ngomong jangan asal dong! Aku capek!”
Satrio    :     “Terus… capek lupa sama temen, gitu?”
Krisan    :     (Menarik kursi, lalu duduk) “Rul, nanti kita pulang bareng yah? Aku mau bareng kamu aja. Tadi, pergi sekolah, aku pergi sendiri.”
Satrio    :     “Mengalihkan permbicaraan deh!”
Krisan    :     “Lah, maaf, Yo.”

Satrio yang setengah marah meninggalkan meja Rulia dan Krisan menuju mejanya dengan wajah cemberut. Melihat hal itu, Krisan merasa bersalah. Rulia yang menyaksikannya juga merasa bingung.

Adegan 5
Di kamar, Krisan masih teringat kejadian tadi, di sekolah. Krisan masih merasa bersalah terhadap Satrio. Dia sadar, belakangan, dia jarang menghubungi Satrio. Sementara di sisi lain, Satrio juga sedang memikirkan Krisan yang telah banyak berubah. Hingga akhirnya, Satrio dikejutkan oleh nada dering Handphone-nya sendiri.
Kring… Kring… Kring…

Satrio    :     (Tersenyum sambil menatap layar HP) “Halo, San. Tumben kamu nelpon aku. Aku pikir nomor ponselku udah kamu hapus.”
Krisan    :     (Terkejut) “Ya ampun, Yo. Mana mungkin aku lakuin hal kayak gitu!”
Satrio    :     “Kamu yang belakangan gak pernah menghubungi aku lagi!”
Krisan    :     “Masalah itu, aku minta maaf. Aku tau, aku salah. Apalagi kejadian tadi siang di sekolah.”
Satrio    :     “Kamu yakin sadar sepenuhnya? Orang minta maaf itu harus dengan tulus dan berniat tak akan mengulanginya lagi.”
Krisan    :     “Iya, Yo. Kamu masih percaya, kan?”
Satrio    :     “Mana mungkin aku gak percaya sama kamu, San.”
Krisan    :     “Syukurlah. Oh ya, jangan lupa PR matematika nya, yah.”
Satrio    :     “Emang aku kakek kamu apa! Sampai tugas aja dilupain.”
Krisan    :     “Hehe… Kan cuma mengingatkan aja. Sudah dulu yah. Bye..”
Telepon pun terputus. Dan lagi-lagi, Anda mendengarkan pembicaraan Satrio dan Krisan.
Anda     :     (Tiba-tiba muncul dari balik pintu) “Kakak rasa kamu suka sama Krisan deh?”
Satrio    :     (Terkejut) “Kakak…! Kakak CCTV banget. Suka mata-matain orang.”
Anda     :     (Mendekati Satrio) “Kakak gak sengaja lewat, terus dengar pembicaraan kalian. Bener deh, kamu suka Krisan, kan?”
Satrio    :     (Dengan kesal) “Ihhh.. Kakak ada-ada aja. Dia sahabatku, kak. Teman sejak kecil!”
Anda     :     (Menggoda Satrio) “Sahabat jadi cinta, Yo!”
Satrio    :     “Ngawur kakak. Sudah sana! Jangan nguping lagi, loh!”
Anda     :     (Berjalan keluar, lalu berhenti sejenak sebelum sampai denpan pintu dan menoleh ke belakang) “Cobalah untuk mendengarkan kata hatimu, Yo!”

Anda pun pergi keluar. Meninggalkan Satrio yang bingung dengan pra-dugaan kakak nya itu.

Adegan 6
Aji dan Satrio sedang duduk santai di taman perumahan mereka. Dan saaat itupun terjadi. Hal yang selalu Satrio benci.
Aji           :     (Menarik napas panjang) “Kamu dan Krisan Cuma teman, kan?”
Satrio    :     (Yang sedang duduk sambil minum air mineral dari botol pun terkejut dan bingung) “Iya.. Sahabat. Kenapa, Ji?”
Aji           :     (Menghembuskan napas lega) “Bagus deh. Berarti kamu mau dukung aku, kan?”
Satrio    :     (Bingung) “Dukung kamu, ngapain?”
Aji           :     (Tersenyum aneh) “Kamu, Yo. Polos banget. Sejujurnya aku sudah lama menyukai Krisan. Hanya saja, tak pernah ada waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.”
Satrio    :     (Semakin terkejut dengan wajah yang melotot) “Apa?!! Kamu suka Krisan?”
Aji           :     (Bingung dengan reaksi Satrio) “Kenapa, Yo? Aku serius! Kamu mau dong bantuin aku buat deket dengan Krisan?”
Satrio    :     (Terbata-bata) “Hah? I… Iya… Aku usahakan.”
Satrio masih tertegun dengan pengakuan temannya, Aji. Seketika sesak di dada Satrio terasa dan mengaburkan setiap persahabatannya. Satrio tau, dia harus berbuat sesuatu sebelum dia terlambat.

Adegan 7
Krisan dan Aji sedang asyik berbincang dan duduk di perpustakaan sekolah mereka. Tiba-tiba, Satrio lewat dan tak sengaja melihat mereka berdua. Seketika ada rasa cemburu dalam benaknya terhadap Krisan.
Satrio    :     (Menyapa dari jauh sambil mendekati Krisan) “Krisan!“
Krisan    :     (Menoleh ke arah Satrio) “Satrio! Kenapa?”
Satrio    :     “ Hai, Ji. Kamu gak masuk?”
Aji           :     “Belum bel kok. Nanti aja. Mau ikut gabung?”
Tiba-tiba bel selesai istirahat berbunyi.
Satrio    :     (Mendengar bel dengan antusias dan tersenyum) “Nah, ini dia. Udah bel. Masuk yuk, San?”
Krisan    :     (Bingung) “Kamu kenapa, Yo? Tiba-tiba semangat banget buat masuk kelas?”
Satrio    :     “Udah! Iku aku aja.”
Aji           :     “Yah, kalau gitu aku masuk duluan yah.”

Adegan 8
Satrio kini sadar rasanya mulai berganti. Persahabatan itu menjadi jembatan bagi rasa baru untuk tumbuh. Apa yang dikatakan Anda benar! Persahabatan itu seketika terlampaui oleh rasa kasih sayang tulus. Hingga akhirnya, Satrio berhaasil menyusun mozaik keberaniannya mengungkapkan rasa cintanya pada Krisan. Tepat hari itu, disebuah taman terbuka hijau.
Krisan    :     (Sambil mendekati bangku taman yang ada dan duduk) “Sudah lama yah kita enggak jalan santai pagi hari seperti ini?”
Satrio    :     (Berjalan mendekati Krisan) “Andai bisa seperti ini setiap hari minggu, mungkin aku tak akan berpikir jauh bahwa kamu sudah tak menganggapku sahabatmu lagi.”
Krisan    :     “Mana mungkin aku berubah! Dan kini gadis kecil yang menangis itu sudah dewasa dan kamu, sudah bukan anak kecil seperti dulu lagi.”
Satrio    :     “Tapi aku akan terus berada dekat denganm, Krisan.”
Krisan    :     (Tersenyum sinis) “Kamu pikir hidupmu hanya untuk itu saja?”
Satrio    :     (Tersenyum menerawang) “Tentu! Persahabatan dalam lingkup cinta. Krisan, kini aku sadar, ada rasa lebih yang terpupuk tanpa sengaja di kedalaman hati.”
Krisan    :     (Bingung) “Maksud kamu, Yo?”
Satrio    :     (Tetap tersenyum memandang langit) “Waktu mengubah segalanya. Termasuk perasaanku padamu. Terlalu sulit mengakuinya, bahkan untuk menyadarinya terlalu mustahil. Tapi rasa itu benar ada. Bukan persahabatan! Tapi cinta.”
Krisan    :     (Menyangkal) “Kamu salah! Bukan cinta, hanya persahabatan yang lama dan rasa pahlawan seperti namamu yang mensugesti pikiranmu.”
Satrio    :     (Menggeleng-gelengkan kepala) “Tidak! Ini nyata! Ini cinta.”
Krisan    :     (Menarik napas) “Aku tak paham!”
Satrio    :     (Menoleh ke arah Krisan sesaat lalu kembali menatap arah depan) “Kamu mengerti! Aku bersedia menunggu hingga kau sadar rasa itu pun ada di hatimu, Krisan.”
Krisan    :     (Merasa bersalah tapi dengan kebingungan yang sangat) “Aku tak tau. Aku tak yakin jika itu ada.”
Satrio    :     “Biarkan waktu yang menjelaskannya padamu.”
Krisan    :     “ Sudahlah. Aku capek.. Bagaimana jika kita pulang?”
Satrio    :     “Boleh. Apapun itu, silahkan.”
Hari itu, pagi itu mengubah segalanya. Tentang rasa Satrio. Dan juga kesangsian Krisan tentang cinta Satrio.

Adegan 9
Pagi hari, dikelas XI. IPA1, Krisan dan Rulia sedang asyik bercerita. Dan berakhir di terbongkarnya rahasia hati Rulia Prawati.
Rulia      :     (Menengadahkan dagunya di tangannya) “Aku iri denganmu, San.”
Krisan    :     (Bingung dan menoleh ke Rulia) “ Mengapa?”
Rulia      :     (Tersenyum dan membalas tatapan Krisan) “Iya. Aku iri, kamu bisa sedekat itu dengan Satrio.”
Krisan    :     “Dia kan sahabatku sejak kecil. Lagian, kamu kan kamu temannya juga.”
Rulia      :     (Memalingkan pandangannya ke arah lain) “Iya, tapi cuma dengan kamu dia perhatian!”
Krisan    :     (Bingung) “Masa’ sih? Dengan kamu dan Aju, temannya, juga dia baik dan perhatian.”
Rulia      :     “Ada yang lain dari cara Satrio memandang kamu, San.”
Krisan    :     “Ah… Enggak kok. Sama saja.”
Rulia      :     (Tetap dengan posisi menengadahkan dagu di tanggannya sambil tersenyum lebar) “Aku suka Satrio!”
Krisan    :     (Kaget) “Apa?”
Rulia      :     (Seketika langsung menoleh ke Krisan) “Kamu gak setuju yah?”
Krisan    :     (Segera tersadar dan menyangkalnya) “Bukan… Bukan begitu. Aduh.. Maaf yah..”
Rulia      :     “Gak apa-apa. Kamu mau terus support aku kan. Aku terlalu bingung. Bahkan aku berniat mengatakannya langsung ke Satrio.”
Mendengar hal itu, Krisan merasa bersalah. Apa yang harus dia perbuat? Bagaimana jiak Rulia tau tentang dia dan Satrio.

Adegan 10
Hari ini Rulia siap. Dia siap memulainya tanpa mau menunggu. Dia yakin Satrio merasakan hal yang sama padanya. Bermodal nekat, dia telah berjanji bertemu Satrio di taman terbuka hijau. Tak lama Rulia menunggu, Satrio datang.
Satrio    :     (Bergegas berjalan ke arah Rulia yang sedang duduk) “Maaf aku telat.”
Rulai      :     (Menyadari kedatangan Satrio, dia pun bergeser sedikit agar Satrio bisa duduk) “Gak apa-apa. Aku juga baru datang.”
Satrio    :     “Syukurlah. Oh iya, tumben kamu mengajak aku bertemu disini. Mengapa gak di rumah Krisan atau kamu aja?”
Rulia      :     “Oh… Enggak. Aku hanya ingin suasana yang berbeda. Hmm.. Apa aku mengganggu waktu kamu?”
Satrio    :     “Oh… Tidak juga. Kamu bilang mau cerita, mau cerita apa?”
Rulia      :     (Mulai dengan bayang-bayang dalam khayalnya) “Hmm.. kamu pernah rasakan sesuatu yang berbeda di hati kamu?”
Satrio    :     (Bingung) “ Maksud kamu? Aku enggak ngerti.”
Rulia      :     “Aku yakin kamu paham. Ini soal cintaa…”
Satrio    :     (Menerka-nerka) “ Kamu jatuh cinta? Tak seperti biasanya, kamu bercerita tentang cinta padaku.”
Rulia      :     “Aku lebih merasa nyaman padamu.”
Satrio    :     (Kembali menatap Rulia bingung) “Apa?”
Rulia      :     “Tidak salah, bukan? Jika aku menyukaimu.”
Satrio    :     (Terkejut dan bingung) “Apa..?”
Rulia      :     (Merasa kesal) “Berhenti berkata ‘apa’. Aku bersungguh-sungguh. Aku menyukaimu, Satrio.”
Satrio    :     “Maafkan aku, Rulia.”
Rulia      :     (Menampakkan wajah sedih) “Apa maksudmu? Kau pun mencintaiku, bukan?”
Satrio    :     “Aku temanmu, hanya itu.”
Rulia      :     (Berdiri dari tempat duduknya, dengan wajah sedih dan marah) “Tak mungkin!”
Satrio    :     (Berdiri lalu menatap Rulia) “Sekali lagi, aku minta maaf, Rulia!”
Lalu, Rulia meninggalkan Satrio dengan hati hancur. Teganya Satrio menghancurkan cintanya. Hanya rasa kesal yang ada di batin Rulia. Berulang kali dia menghardik keputusannya tadi.

Adegan 11
Setelah mendengar kondisi Rulia yang hancur setelah ditolak Satrio, Krisan memutuskan untuk menjaga jarak dengan Satrio. Dia mengatakan hal itu pada Satrio saat berakhirnya jam sekolah hari itu di belakang sekolah. Namun, hal itu tak sengaja didengar Rulia.
Satrio    :     (Berdiri di depan Krisan dan menatapnya) “Bukankah kamu bisa mengajakku bertemu di kelas saja?”
Krisan    :     (Dengan wajah khawatir) “ Kamu gila! Dengan keadaan Rulia yang begitu kacau, kamu berani menampakkan kehadiranmu denganku?”
Satrio    :     “Aku tak tau harus berkata apa! Aku menyukaimu, bukan dia!”
Krisan    :     (Membuang muka sambil menekuk lengannya di pinggang) “Sudahlah…! Untuk saat ini, lebih baik kita menjaga jarak. Aku tak mau menyakiti Rulia.”
Satrio    :     (Memegang pundak Krisan) “Baiklah, aku akan ikutin keinginanmu.”
Krisan    :     “Maafkan aku, Satrio. Kau sahabat terbaikku.”
Satrio    :     (Tersenyum, menganggukan kepala) “Aku tau itu.”
Tanpa sadar, Rulia mendengar pembicaraan mereka. Lalu Rulia segera berdiri di depan mereka dengan wajah sedih.
Rulia      :     (Menahan air mata) “Seharusnya aku lebih peka dengan kondisi ini!”
Krisan    :     (Terkejut dan segera menghampiri Rulia) “ Rulia, aku bisa jelaskan ini padamu.”
Rulia      :     (Menahan tangisan) “Tak apa, Krisan.”
Rulia meninggalkan Krisan dan Satrio dengan wajah tangisan.

Adegan 12
Akhirnya Aji mengetahui jika Satrio telah menyatakan cintanya pada Krisan. Aji marah dengan Satrio dan menganggap Satrio mengkhianatinya.
Aji           :     (Menghampiri Satrio dengan wajah marah) “                Hei, Yo! Kamu ternyata berdusta di belakang! Kau tau, kau hancurkan pertemanan kita selama ini!”
Satrio    :     (Mengerutkan dahi, sambil menarik tas yang didukungnya) “Maksudmu apa? Tiba-tiba kamu marah tanpa sebab seperti ini!”
Aji           :     (Marah) “Tanpa sebab? Kamu beejanji untuk membantuku mendekati Krisan. Nyatanya, kamu justru mencuri start ku!”
Satrio    :     (Menarik napas sabar) “Maafkan aku, Ji. Berat rasanya jika kamu menjadi aku. Aku pun sulit menjelaskan padamu. Aku pun menyukainya. Tapi, bukan aku bermaksud mengkhianati.”
Aji           :     (Membuang muka) “Sudahlah…! Aku tak pernah menyangka orang sepertimu ternyata busuk di dalam!”
Satrio    :     (Menghembuskan napas) “Terserah katamu! Aku hanya takut kehilangan persahabatan ku, juga cintaku.”
Aji meninggalkan Satrio. Dia bersumpah, tak akan mau melihat wajah Satrio kembali!

Adegan 13
Krisan akhirnya menemui Rulia secara langsung di rumah Rulia untuk meminta maaf.
Krisan    :     (Sambil menarik-narik bajunya ke bawah dan menyesal) “Aku minta maaf. Aku tak berniat melikaumu seperti kini. Aku harap kita bisa berteman kembali.”
Rulia      :     (Tersenyum getir) “Sudahlah! Tak usah kamu pedulikan aku. Aku hanya butuh waktu. Aku baik-baik saja. Pesanku, jangan kamu sakiti Satrio!”
Krisan    :     (Memegang pundak Rulia) “Tapi aku hanya menganggap Satrio sahabatku saja.”
Rulia      :     “Ini bukan salahmu. Salahku yang terlalu berharap.”
Krisan    :     “Bagaimana pun juga, aku bersalah padamu.”
Rulia      :     “Aku butuh waktu, San! Aku ingin me-recovery semua. Aku harap bantuanmu.”
Krisan    :     (Berdiri tegak dan menatap Rulia dalam-dalam) “Maafkan aku yang mengganggu waktumu, Rulia.”
Rulia      :     (Merundukkan kepala) “Tak apa, Krisan.”
Hingga akhirnya Krisan dan Rulia bertemu kembali tanpa terpaksa.

Adegan 14
Menjelang akhir masa SMA mereka, Aji baru mulai berani menemui Krisan, setelah semua berantakan.
Aji           :     (Sambil duduk dan mengepalkan tangannya di depan dada) “Mengapa semua ini terjadi?”
Krisan    :     (Duduk bertolak belakang dari Aji) “Aku tak tau. Bagaimana hubunganmu dengan Satrio saat ini?”
Aji           :     “Aku tak pernah berhubungan lagi dengannya. Kau sendiri? Bagaimana hubunganmu dengan Rulia dan Satrio?”
Krisan    :     (Menggelengkan kepala) “Aku dan Rulia baik-baik saja. Hanya saja dengan Satrio, aku masih sulit menemuinya. Aku hanya terbatas dengan informasi dari Kak Anda, kakak sulung Satrio.”
Aji           :     (Membalikkan badan, menatap Krisan) “Aku tak bisa banyak bercerita padamu selama ini.”
Krisan    :     “Maksudmu? Kamu bisa saja sewaktu-waktu menghubungiku, kan?”
Aji           :     “Bukan itu. Maksudku, bertemu mu langsung seperti ini.”
Krisan    :     “Bukankah kita bisa membuat planning bertemu?”
Aji           :     “Hmm.. Aku selalu bahagia bersamamu.”
Krisan    :     (Membalikkan badan menatap Aji sebentar, lalu kembali berbalik) “Maksud kamu?  Ah.. kamu bercanda!”
Aji           :     “Aku bersungguh-sungguh. Satrio gak cerita?”
Krisan    :     (Membalikkan badan dan mulai serius) “Tentang apa?”
Aji           :     “Sudah lama aku memendamnya. Tapi kini aku berani. Aku juga sudah sering bercerita kepada Satrio.”
Krisan    :     (Bingung) “Satrio tau? “
Aji           :     “Tentu.. Jadi kamu gimana?”
Krisan    :     (Tersenyum) “Kamu teman baikku, Ji. Beberapa kali kamu sering membantuku menyelesaikan tugas.”
Aji           :     “Jadi…?”
Krisan    :     “Ya, kamu teman aku…”
Aji           :     (Mengerutkan dahi) “Kamu yakin? Ini mungkin pertemuan kita terakhir kali di SMA.”
Krisan    :     “Aku tau. Maafkan aku, Aji. Aku merasa nyaman denganmu, tapi sebatas teman.”
Aji           :     (Bersandar di kursi) “ Aku mengerti. Tak ada cinta yang bisa dipaksakan.”
Akhirnya Aji berhasil mengungkapkan rasanya kepada Krisan. Walau di akhir pertemuan SMA mereka.

Adegan 15
Setamat SMA pun mereka berpisah. Dan yang terjauh, Satrio. Dia memutuskan mengambil fakultas Astronomi di Bandung. Hingga suatu hari, Anda bertemu dengan Krisan. Ketika sedang berjalan, Krisan melihat Anda.
Krisan    :     (Mendekati Anda) “Kak Anda, apa kabar? Sudah lama banget gak bertemu, kak.”
Anda     :     (Mengelus pundak Krisan) “Kamu sih, sudah gak pernah main ke rumah.”
Krisan    :     “Haduh… Maaf kak. Ini tahun pertama di fakultas, masih rawan banyak tugas.”
Anda     :     “Wah.. Lagi sibuk-sibuknya yah?”
Krisan    :     “Iya kak. Oh…, kak, kabar Satrio gimana?”
Anda     :     (Tersenyum getir) “Satrio enggak menghubungi kamu?”
Krisan    :     (Menggelengkan kepala) “Masih kak. Tapi hanya via pesan singkat di ponsel.”
Anda     :     “Setelah banyak terjadi hal sepeti itu, Satrio jadi pendiam.”
Krisan    :     “Persahabatan yang harus berantakan hanya karena Cinta Monyet yang keliru.”
Anda     :     “Kamu benar. Tapi Satrio begitu menyukaimu.”
Krisan    :     (Wajah bersalah) “Aku merasa bersalah, kak.”
Anda     :     (Menatap Krisan teduh) “Tidak… Tak ada yang salah. Semua ini perjalanan.”
Krisan    :     “Kakak benar. Aku beruntung bisa bertemu dengan kakak hari ini.”
Anda     :     (Tersenyum lebar) “Tentu.. Kakak pun senang bertemu kamu kembali.”

Adegan 16
Setelah lama berpisah, Aji dan Rulia akhirnya bertemu. Rulia yang masih tetap bersahabat dengan Krisan dan mereka berada di fakultas yang sama. Sedangkan Aji memutuskan untuk ikut bersama ayahnya melanjutkan bisnis keluarga mereka. Aji dan Rulia telah berjanji untuk bertemu melalui pesan singkat.
Aji           :     (Tersenyum sambil menerawang ke masa lalu) “Tak pernah aku bayangkan, semua seperti ini.”
Rulia      :     “Terutama ketika kamu bercerita tentang Satrio dan kamu.”
Aji           :     “Ah… Sudahlah. Aku hanya menganggap itu hal biasa yang dilakukan anak remaja.”
Rulia      :     “Semua berubah karena cinta yang salah.”
Aji           :     “Dan juga berawal dari sana.”
Rulia      :     (Terkejut) “Hah? Kehancuran persahabatan?”
Aji           :     (Tersenyum menatap Rulia) “Sejak kita beberapa kali bertemu membicarakan rasa sakit hati, sejak itu lah ada yang lain.”
Rulia      :     (Merasa bingung) “Maksud kamu, Aji?”
Aji           :     “Aku menyukaimu dengan segala kekuranganmu.”
Rulia      :     “Secepat itu kah?”
Aji           :     “Kita sudah cukup kenal satu sama lain, bukan?”
Rulia      :     (Tersenyum malu-malu) “Aku pun begitu.”
Aji           :     (Tersenyum lega) “Terima kasih Rulia.”
Rulia pun tersenyum. Tak disangka, Aji dan Rulia bersatu karena rasa sakit mereka.

Adegan 17
Sekian lama Satrio tak menelpun Krisan. Malam ini, Satrio memberanikan dirinya, mengungkapkan kembali cinta yang dulu, tanpa terburu-buru. Telepon itupun disambut Krisan.

Kring… Kring… Kring…
Krisan    :     (Tersenyum menatap layar HP) “Halo… Hai…”
Satrio    :     “Hai, lama tak bertemu. Apa kabar?”
Krisan    :     (Tersenyum) “ Kabar baik. Kamu gimana, Yo?”
Satrio    :     (Tersenyum juga) “Baik juga. Hmm… Gima kuliah kamu?”
Krisan    :     “Masih berjalan lancer. Aku tau kamu sekarang di Astronomi!”
Satrio    :     (Terkejut) “Iya, sesuatu yang menarik, bukan?”
Krisan    :     (Seseolah berpikir) “Mengapa kamu memilih fakultas Astronomi?”
Satrio    :     “Agar aku tetap bias menikmati cahaya bintang itu.”
Krisan    :     (Tersenyum getir) “Kamu terlalu puitis deh, Yo.”
Satrio    :     “Seperti yang dulu, kan?”
Krisan    :     “Baiklah. Kamu menang, Yo.”
Satrio    :     “Aku merindukanmu, Krisan.”
Krisan    :     “Aku juga, Yo.”
Satrio    :     (Tersenyum lebar) “Benarkah? Bisakah kita bertemu?”
Krisan    :     “Sungguh... Tentu saja bisa..”
Satrio    :     (Mencari kursi lalu duduk) “Waktu yang selalu ku nantikan. Bagaimana jika sabtu ini, di tempat kita biasa makan bakso sewaktu SMA?”
Krisan    : (Sambil mengingat sejenak) “ Tentu aku mau.”
Satrio    :     “Terima kasih. Tunggu aku disana.”
Krisan    :     “Baiklah…”
Telepon terputus. Kali ini Krisan memutuskan untuk mengenal rasa cinta Satrio. Dia mulai bersaha membuka hatinya.

Adegan 18
Hari ini, hari besar bagi Krisan. Hari ini dia akan bertemu kembali dengan Satrio. Dia membatalkan acara cari buku bersama Rulia.
Krisan    :     (Menepuk punggung Rulia dari belakang) “Rulia, maaf banget, acara cari buku ditunda. Kau tau sendiri, hari ini hari istimewa.”
Rulia      :     (Terkejut) “Hmm.. Taka pa. lagipula, aku bisa menemui Aji di kantornya hari ini.”
Krisan    :     “Kalau begitu, salam untuk Aji.. Aku berangkat yah.”
Rulia      :     “Salam buat Satrio juga. Hati-hati…”
Sesampainya di tempat mereka telah sepakati, Krisan menunggu tanpa henti menatao kayar ponselnya, menunggu balasan pesan dari Satrio. Krisan mengirimkan pesan kepada Satrio.
Krisan    :     “Aku udah sampai di tempat nih. Aku tunggu kamu loh.”
Lalu tak lama kemudian balasan pun datang.
Satrio    :     “Sekitar 15 menit lagi. Maaf yah, disini macet. Tunggu aku. Aku pasti dating, Krisan.”
Persis pedan dari Satrio masuk pukul 15.28 dan kini waktu menunjukkan16.35. Lebih dari satu jam Krisan menunggu. Payahnya, Satri tak mengangkat setiap panggilan dari Krisan. Krisan mulai merasa kesal dan menggerutu luar biasa di benaknya. Hingga akhirnya panggilan masuk dari Anda.
Krisan    :     (Tersenyum bingung) “Ada apa ini?”
Kring… Kring… Kring…
Krisan    :     “Halo kak..”
Anda     :     (Terbata-bata) “ Krisan, kamu di resto?”
Krisan    :     “Iya kak, udah satu jam aku nunggu Satrio. Aku telepon tapi gak ada yang di angkat.”
Anda     :     (Terisak tangis) “ Satrio… Sat… Satrio…”
Krisan    :     (Dengan nada cemas) “Satrio kenapa, kak?”
Anda     :     (Menangis) “ Satrio kecelakaan di pertigaan jalan simpang.”
Krisan    :     (Terkejut, berusaha menahan tangis) “Apa?”
Anda     :     (Mencoba menjelaskan) “Mobil Satrio menghantam salah satu sisi jalan dan berputar bebas hingga terbalik. Setidaknya itu yang kakak ketahui dari pihak kepolisian.”
Krisan terkejut, kaget. Dia pingsan. Beberapa pelayan resto dan tamu resto membantu menyadarkannya.

Adegan 19
Setelah tiga bulan kematian Satrio, hidup Krisan seketika bingung. Seolah tak ada yang dapat tercapai lagi. Hingga ketika Rulia dan Aji mengajak Krisan ke sebuah perpustakaan keliling mereka.
Rulia      :     (Duduk disebelah Krisan yang melamun) “Mau sampai kapan kamu begini, San?”
Aji           :     (Datang mendekati Rulia dan Krisan) “Aku tau, ini sulit. Tapi mengapa kamu tak mencoba bangkit? Kamu tau, Satrio sedih melihatmu seperti ini.”
Krisan    :     (Menatap dengan pandangan kosong) “Tak aka nada lagi pahlawnku. Dia yang selama ini ada menjaga ku, melindungiku. Satrio.”
Rulia      :     (Mengelus pelan pundak Krisan) “Aku tau itu berat. Walau aku tak tau seberat apa itu. Tapi lihat. Matahari terus menyinarimu.”
Aji           :     “Satrio punya mimpi. Mengapa tak kamu coba melanjutkan mimpi Satrio?”
Rulia      :     “Jangan terus berpayung dengan jubah keheningan.”
Aji           :     “Ayolah, teman. Bangun! Satrio ada dan akan terus bernyawa di hatimu.”
Krisan    :     (Matanya berbinar-binar) “Mimpi Satrio. Impiannya…”
Aji           :     “Benar! Terus ingat itu. Lanjutkan mimpinya!”
Krisan    :     (Menyeka air mata) “ Satrio ada. Aku terus menunggumu, seperti yang kau katakan dulu.”
Rulia      :     “Aku tau, kau bisa bangkit, Krisan!”
Aji           :     “Tak ada yang lebih indah dari persahabatan sejati. Bukan karena cinta tapi dilandasi persahabatan bersama.”
Krisan bangkit melanjutkan mimpi dan cita-cita Satrio. Tak ada yang lebih indah dari persahabatan sejati. Bukan karena cinta tapi dilandasi persahabatan bersama.

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It