Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Kamis, 25 Oktober 2012

Tak Ragu, Cinta...

Aku tak pernah ragu...
Kau tahu, malam itu, ku katakan terkadang aku ragu, aku hanya ingin kau selalu meyakinkanku, sepenuh hatimu. Ketulusanmu itu yang akhirnya memaksa ku untuk memaksamu. Aku menjauh bukan untuk menghindarimu. Aku butuh waktu untuk mempertimbangkan setiap kata yang harus ku eja ketika bertemu dengan mu.

Aku menyusun setiap kepingan memori itu aku kumpulkan, hingga akhirnya dengan penuh semangat aku satukan kembali dengan perekat super agar aku bisa mengumpulkan lagi tiap kepingan itu menjadi sebuah kekuatan. Agar aku bisa menjadi dewasa, hingga akhirnya aku bisa berlaku layaknya anak-anak yang tanpa ragu berucap. Tapi aku sungguh, aku akan ucapkan itu, sebuah kata kejujuran yang dulu pun pernah aku ucapkan. Aku ingin meggores tinta suci lagi di tiap lembaran hatimu. Agar aku bisa damai ketika berada cukup jauh dari sisimu.

Aku ingin setiap hembusan nafasmu pun berarti Aku. Berarti bahwa aku yang selalu dan akan selalu bersama mu. Selalu menorehkan setiap senyum didinding hatimu itu. Aku ingin kau benar-benar berpikir saat ini. Peganglah dadamu, tutup matamu, rasakan setiap desiran yang terlintas. Tanyakan baik-baik. "Apakah nama ku yang terngiang indah didalam sana?". Ingin rasanya kau cepat sadari itu kembali. Mengulang itu memang tak semudah yang pernah kita lakukan dari awal. Tapi dengan mengulang kita bisa mengkoreksi apa yang salah dalam semua ini, selama ini.

Satu tahun lalu, tepat dihari yang sama. Kau pernah berucap, kau meminta maaf padaku, kau ingin kita benar-benar utuh. Akupun meringis nyeri didadaku. Betapa semua kata-katamu itu membuah gelitikan kecil diperutku. Mendesirkan darah yang mengalir selama ini. Kau begitu tulus meminta maaf. Tak tahan rasaku, ku anggukkan kecil kepala ku tanda bahwa aku menuruti kemauanmu itu.

Saat itu, andai waktu tau, aku ingin dia berhenti memutar rodanya, agar hanya ada aku dan kau yang bersama melangkah. Tapi, keegoisan sang waktu yang akhirnya tetap memutar roda itu. Hingga aku terjatuh saat itu. Ringisan ku setiap malam pun seolah tak terdengar oleh sang bulan. Yah Sang Bulan... Mengingat itu, aku pun teringat dirimu lagi.

"Kau tau, kau bagai bulan yang menerangi bumi. Tanpa cahayamu tak akan terang hati ini." Saat ini, kata-kata itu hanya menjadi pengingat ku saat aku sadar kau benar-benar berlalu. Saat aku sadar ketika aku harus mulai berusaha melangkah. Tapi yang tak habis ku pikirkan. Kau selalu melarangku untuk beranjak dari zona aman cintamu. Kau melarangku untuk pergi meninggalkan singgasana cintamu. Aku tak habis pikir dengan keputusanmu itu. Ktika aku ingin terlepas dari bayangmu, kau larang aku. Lagi-lagi, kubiarkan hatiku menang. Ku kalahkan semua keinginanku semula. Aku balas, "Aku akan tetap denganmu. Tak usah kau meragu." Bodohkah diriku?

Ku akui kau Cinta Pertamaku, Kau Kekasih Pertamaku, tapi harus kah aku bertindak bodoh seperti ini? Aku tak tahu. Aku benar-benar menginginkamu. Aku ingin kau berubah. Berhenti mengutak-atik hatiku dengan tanganmu yang keras itu. Aku ingin kelembutan hatimu. Aku ingin kita tetap dengan kepercayaan hati. Aku ingin kita tetap selalu KITA. Yah, kita.... Kau dan Aku, just it.

Malam kemarinpun, kau kembali meyakinkanku. Kau berkata, "Kalau Cinta, kamu ragu gak?"... Aku terbelalak. Membaca pesan yang menggetarkan ponselku. Bahkan virusnya sesegera mungkin menyerang ku yang tak berbenteng apapun. Jelas aku berkata dengan berdetak, "Terkadang. Tergantung keadaannya, kamu?" Detik selanjutnya, ponselku bercahaya kembali, ku baca dan ku tahu. Itu pesan dari temanku. Ya Tuhan, kupikir.... Setelah kubalas pesan temanku, cahaya ponselku kembali benderang, kubaca, "Ngikut aja deh :)" Kau tau, aku ingin kau pun berkata dengan kata-katamu sendiri, "Gak boleh ngikut-ngikut, cowok tuh harus punya prinsip. :p" Setelah ku tekan tombol kirim lalu laporan terkirim pun muncul di layar ponselku. Tak lama, "Oh, gitu ya. Jd gak boleh ikut2 ?" Hahaha, tertawa aku dihatiku... Betapa kau mulai mencoba mencairkan suasana, "Tentunya. Cowok harus berpendirian dan punya prinsip." Lalu balasan segera menyambar ponselku kembali, begitu sigap kau mengetik setiap kata di ponselmu, hingga begitu cepat terkirim di ponselku, "Ok. Ia kagak ragu :)"

Yeah.... Kau sukses meyakinkan ku malam itu, bahkan hingga detik ini. Aku mempercayaimu dengan sejuta tanya yang terlontar oleh pikiranku. Saat ini hanya aku yang berharap atau kau juga? Entahlah.... Aku mencoba bergerak untuk berlomba dengan pikiranku. Aku pun menyeimbangi hatiku. Teman ku mendukung yang terbaik untukku.

Kali ini kau harus tau. Aku tetap duduk disinggasana mu. Kau bayangkan, hanya karena pesan yang ada didalam ponselku, yang bertuliskan pengirim, nomormu...

Bersamamu aku bisa melewati itu...
(D'Massiv - Natural)

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It