Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Minggu, 28 Oktober 2012

Surga

Dengan rasa ini, pagi hari yang berkabut bisa menjadi surya yang indah bila mengenangmu. Dengan rasa ini pula, ku tembus pagi ini dengan rasa yang berjuta. Mengawali hari itu indah bagiku. Kau tau? Indah yang ku maksud bukan indah yang sebenarnya. Melainkan hanya majas hiperbola yang terlalu melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya biasa saja. Tapi bagiku, ini lebih dari cukup. Kebahagiaan selama ini bukan sekedar hanya kesenangan yang berhura-hura ria. Tapi melebihi Surga yang pernah Tuhan janjikan dalam Kitab-kitab-Nya.

Ya, Tuhan memang hanya ada satu. Menurutku, ajaran dan keyakinan lah yang menjadikan-Nya seolah beragam. Mengapa harus ada perbedaan itu? Huftttt.... Andai tak ada yang berbeda dalam keyakinan, dan Tuhan yang kita sembah hanya Dia. Aku yakin sekali bahwa kita akan benar-benar bisa bersatu. Yah, bukan kita yang bersatu menjadi satu tubuh tapi hati kita yang bersatu beriringan menapaki kehidupan. Kau dengan kepercayaanmu dan aku dengan kepercayaanku bisa tetap berjalan dengan baik. Saling mengisi. Tapi mereka?

Ah... Mereka. Mengapa harus ada mereka. Membuat semua yang pernah kita lalui seolah tak berarti. Mereka menganggap bahwa perbedaan itu terlampau dahsyat. Begitu mengguncang jika kita bersama. Nganga itu semakin mejadi ketika penolakan itu justru paling gencar ditujukan oleh orang terdekat ku. Betapa hancurnya hati ku ketika kehendakku harus ku muntahkan begitu saja karena ketidaksetujuan mereka. Mengapa mereka harus ada? Mengapa?

Mengapa? Setiap malam hanya kata tanya itu yang selalu terucap dibenakku. Aku ingin kau tau, aku tak ingin ini terjadi. Aku tak bisa menyalahkan-Nya. Aku hanya hamba-Nya yang begitu percaya meyakini sepenuh hati ku bahwa Dia-lah yang paling berperan dalam hidupku. Ya, Tuhan. Kau ciptakan langit dan bumi ini untuk saling melengkapi, bukan? Tapi mengapa saat ini langit dan bumi yang kau ciptakan itu digunakan para umat-Mu untuk menjadikan sebuah klise kehidupan yang begitu pahit ini. Bahwa kata mereka, "Langit dan Bumi tak akan bersatu, mereka diciptakan saling melengkapi tapi tidak untuk bersatu." Ya, Tuhan.... Berapa kali aku harus berdoa dalam setiap sujudku pada-Mu, bahwa aku nyatanya ingin semua perbedaan ini berakhir. Tapi satu sisi aku tau, Kau menciptakan perbedaan ini untuk umat Mu agar mereka bisa merenungkan setiap perbuatan mereka.

Pro dan Kontra kehidupan seakan semakin lengkap ketika kau pun juga menyetujui keinginanku yang benar-benar bukan dari hati terdalam ku. Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Haruskah aku lantas pergi, meski cinta tak kan bisa pergi? Salah satu lagu dari Marcel "Peri Cintaku", yang barusan saja aku dengar di MP3 ku yang dengan sengaja aku putar untuk mengenang kisah cintaku ini. Kau tau? Cinta itu memang tak selamanya membutakan. Buktinya, jika cinta buta, cinta tak akan hancur hanya karena Ketuhanan yang dianut berbeda. Mungkin itu hanya bagiku bukan untuk kalian. Tapi, Please..... Aku mohon, jangan kau iyakan keinginanku itu. Aku tak ingin semua berakhir begitu saja.

Bukankah kita pernah berjanji? Tak akan ada yang bisa memisahkan kecuali Tuhan. Ya, Tuhan. Apa yang Kau rencanakan kali ini untuk kehidupan cintaku? Ataukah harus aku menunggu sang waktu yang akan menjawabnya? Aku tau jika ini terjadi berarti kami bukan jodoh. Aku tau pula bahwa garis tangan yang telah Kau lukiskan tak mampu kami ubah. Maka aku mohon dengan sangat meminta, tolong Kau buat kami bersama, walau mungkin kami tak bersama di dunia Mu ini tapi satukan kami disurga Mu kelak yang telah Kau janjikan. Aku tau, setiap kepercayaan meyakini adanya Surga yang abadi maka dari itu aku pula yakin bahwa hanya surga Mu yang akan bisa menyatukan kami tanpa ada kata mereka.

Mungkin tak semudah itu juga kamu iya kan pernyataan ku kemarin malam. Aku bersikeras untuk mengakhiri semua ini demi mereka. Lagi-lagi alasan ku adalah mereka. Bisakah mereka ku buang jauh-jauh agar tetap bersamamu? Kau katakan jika aku hanya memikirkan mereka, bahwa aku tak benar-benar menginginkan itu, bahwa aku tak memikirkan perasaan ku sendiri yang sebenarnya tak ingin ini terjadi... IYA... Memang benar, sayang. Aku ingin ini hanya mimpi. Kau tau, aku butuh banyak waktu hingga akhirnya kepingan air mata ini aku kumpulkan untuk akhirnya ku dirikan sebuah kekuatan kokoh untuk mengakhiri semuanya. "Kau bohong! Kau bohong, sayang....! Kau hanya memikirkan mereka! Aku tau, kau tak ingin ini terjadi, bukan? Ayolah, sayang... Berhenti berkata mereka! Hingga akhirnya nanti mereka akan bahagia melihat kita bahagia bersama." Kau berkata dengan sungguh. "Tapi kau tak tau, mereka benar-benar mengenal ku begitu lama. Tak bisa kau ucap begitu, kau tau? Aku bukan tak berpikir. Ini membuat ku hampir mati." Aku membalas dengan derai air mata yang akhirnya mengucur juga dari bukit yang telah lama menahan derasnya aliran itu. Aku tak bisa menoleh ke belakang lagi. Aku sudah terlalu takut dengan melihat wajahmu yang begitu mendung. Pelangi yang selalu menghiasi wajahmu sekarang berubah menjadi petir dengan pekat hitam awannya.

Maafkan aku. Sayangnya, aku terlalu pengecut untuk mengatakan dua kata tersebut. Ya, Tuhan. Inikah yang kau inginkan? Kau ingin dua hamba Mu ini berakhir tragis dengan goresan yang begitu perih dihati kami? Aku tak menyalahkan-Mu. Aku hanya bingung dengan garisan ini. Apakah aku pernah menyetujui hal ini sebelum kehidupan ku? Mengapa ku lakukan itu? Tak pernahkah aku berpikir bahwa aku akan terluka sedalam ini? Aku tak sanggup. Aku berjalan selangkah perlahan namun pasti meninggalkanmu. Hingga akhirnya kau memanggil namaku dengan begitu keras. Nada kalimatmu itu seolah memerintahkan aku untuk kembali dan jangan bergerak selangkahpun menjauhi mu. Tapi aku hanya menghentikan langkahku sekejap hingga ku tahan semua emosi yang memuncak untuk kembali padamu. Ku tegaskan langkahku kembali untuk tetap melangkah tanpa keraguan. Aku berlari agar udara malam ini tak terlalu lama menusuk jantungku yang nanti bisa membuatku jatuh tersungkur dengan bodoh.

Aku tak tau sejak saat itu. Aku dengan sengaja memutuskan kontak denganmu. Aku tak mau diri ini menjadi bodoh dengan kasus cinta yang begitu tragis ini. Aku tak ingin kau pun berlarut dengan air mata yang semalam sempat ku lihat dalam tundukkan ku. Sejak saat itu, aku hanya mendengar berita dari teman-teman ku yang berkata bahwa kau selalu menanyakan ku. Ya, Tuhan. Tak bisakah kau buat cerita cintaku yang lebih simple dengan bunga-bunga yang indah? Bukan malah dengan darah yang menembus setiap jengkal laraku. Aku tak mampu munculkan diriku depan dirimu. Betapa bodohnya aku hanya karena mereka  aku menghancurkan hati yang begitu lembut.

Sekarang, sudah 5 tahun berlau, bayang mu telah membuat ku menjadi pribadi yang lebih kuat. Terima kasih atas cinta yang begitu lembut yang mengajarkan ku tentang arti kesetian, ketulusan, kehidupan bahkan keyakinan yang tak bisa terbohongi.

Aku ingin berbagi sedikit padamu. Sekarang apa yang ku inginkan telah aku dapatkan. Kau tau, aku dulu sering bercerita padamu tentang diriku yang nanti akan mengenakan sebuah almamater putih khas dokter. Tentunya, sekarang aku mewujudkan mimpiku itu. Kau tau? Yang hingga detik ini ku ingat, kau lah orang pertama yang memanggilku Bu Dokter, dulu saat kita bercerita tentang keinginan  masa depan kita. Dan terakhir ku dengar kau mengambil fakultas Hubungan Internasional. Aku bahagia sekali. Keinginanmu untuk menjadi seorang Duta Besar akhirnya benar-benar kau tempuh. Aku pun punya kebanggaan tersendiri dihatiku. Bahwa suatu saat nanti, aku akan melihatmu berdiri di podium dengan lambang Garuda sedang menyampaikan pidato kenegaraan. Kau, Pak Dubes. Hehehehe... Aku bangga setidaknya kau pernah mendengar kata-kata ku itu dengan langsung.

Kau akan tetap terukir indah di hatiku. Semoga aku tetap dihatimu hingga akhir nanti. Hingga doa ku pada Tuhan untuk menyatukan kita di surga kelak tercapai. Kau harus mempersiapkan dirimu. Pada nantinya, kita akan bersatu disebuah tempat nan indah yang benar-benar diakui setiap kepercayaan tanpa ada kata mereka. Sampai berjumpa di Surga, sayang. :)

Bukan karena keyakinan yang berbeda
Tapi karena Tuhan mempunyai caranya sendiri untuk menyatukan kita
Dalam sebuah hati yang utuh. :)

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It