Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Minggu, 25 November 2012

Ruahan Hujan

Langit menjatuhkan tiap buliran yang ku tau namanya Hujan. Oh ya, seingatku tiap kali hujan berakhir akan datang pelangi namun tak lama. Sekedar menghiasi langit yang baru selesai menangisi sesuatu, entah tangis bahagia atau justru kesedihan mampir dihidupnya. Tapi itulah pelangi. Dia begitu indah namun, cintanya tak bertahan lama lalu pergi ketempat yang lain. Satu lagi yang identik dengan hujan. Sebelum kedatangannya yang menumpahkan butiran air ke tanah bumi, selalu saja ada awan hitam pekat yang menggelantung di wajahnya. Awan yang selalu menerpa langit untuk sekedar datang lalu membuatnya menangis.

Siapapun yang melihat awan hitam pekat itu pasti akan pergi menjauhinya. Aku pikir itu kesedihan. Siapapun dan apapun akan menjauhinya. Aku tak yakin alasan mereka menjauhi awan hitam itu. Tapi mungkin jika awan itu bisa memilih, pasti dia memilih jadi awan putih dilangit yang menandakan kebahagiaan untuk setiap orang. Awan hitam pekat itu terpilih sebahagi pembawa kesedihan untuk langit. Dia harus mengeluarkan gemuruhnya, petir yang disertai kilatan cahaya dan suara yang mengerikan. Awan itu harus tetap mejadi seperti itu.

Jumat, 23 November 2012

Kerangka Cinta

Aku tak mengerti apa yang terjadi selama ini. Aku tak paham. Ini kali pertama aku merasakan hal yang terlalu bergelora didadaku. Hingga memenuhi tiap sudut yang ada di hatiku. Kau yang membuatku merasakan hal ini. Maka aku mohon, kau bertanggung jawab atas kepekaanku ini terhadap Cinta yang selama ini aku dengar dari temanku. Coba kau jelaskan padaku, mengapa rasa ini datang dan singgah didiriku? Aku tak pernah berniat membuka hati pada siapapun. Bukan aku tak normal. Hanya saja bagiku, usia yang terlalu remaja untuk mempelajari makna cinta itu. Aku terlalu muda untuk merasakan hal yang membuat orang mabuk kepayang itu.

Tapi, entah mengapa kau selalu sanggup menghidupi bahkan membuat bunga di pertamanan hatiku mekar dengan sempurna. Mereka hidup dengan cahaya yang selalu menuntunku dalam suasana yang sejuk. Cahaya itupun tak terlalu menyilaukanku. Buktinya: aku tetap bisa berjalan di pertamanan itu. Kau beri pupuk kepercayaan diatasnya, seolah kau mengerti betapa aku butuh rasa percaya yang tinggi. Bukannya aku tak percaya diri. Hanya saja aku tak begitu mengenal Cinta. Bahkan aku tak tau Cinta itu apa atau siapa. Aku percaya saja padamu. Aku anggukan semua permintaan hatiku, padahal aku tau pikiran ku belum merestui adanya rasa ini.

Minggu, 18 November 2012

Kelabu Dirimu

Dengan rasa yang menggebu..
Memberikan tiap rasa yang kucecap saat itu

Menikmati tiap rasa yang ku sadari
Itu pertama kali ku kecup

Lembayung senja yang meneduhkan tatapan matamu
Tiap kali menggoda dengan setiap yang tubrukannya

Mata yang tak pernah habis ku cerna
Ingin ku menghardiknya
Dengan setiap cemoohan yang membakar

Namun na'as, tiap jengkalnya
Hanya ku biarkan mengapung tanpa perlu meledak

Melangkah demi tahap
Yang ku tau
Hati ku gerah dengan langkahnya

Takkah kau coba untuk menatapku balik?
Lupakanlah keluhmu saat bersamaku
Mentari membiarkan rasa itu bersemayam

Biarkan tiap ragumu melayang ke udara
Mengangkasa hingga terbang jauh
Menyisakan "Kau dan Aku"

Takkah kau coba menjawabku?
Coba jelaskan tiap ragu yang mengepungku tiap malam
Seolah siang cepat berlalu

Hanya sekedar memikirkanmu saja aku gila
Bagaimana jika nantinya kau benar hilang?

Takkah kau coba terangkan padaku?
Situasi dingin yang membelengu kita
Yang selalu mendekapku dalam kesurauan

Suram yang tak terbalas hingga menyaksikanku menjauh
Aku yang tak kembali
Atau kau yang melupakanku

Aku tak pernah benar melupakanmu
Yah, memang tak ada satupun yang bisa kulupakan

Jelas saja
Semua itu menyiksaku
Membuat lembaran hidupku terlalu suram
Yang akan menyiksaku dalam kegelapan
Tanpa batas rasa iba...
Sabtu, 17 November 2012

Katamu...

Mengapa tak kau patahkan saja sebelah sayap ku ini?
Sekalian saja kau injak keduanya
Kau puaskan saja apa yang selalu kau inginkan
Kau hancurkan aku saja
Ketimbang kau bunuh aku perlahan
Membuatku merasa sakit menahan
Kau begitu licik
Jumat, 16 November 2012

Senja di Ujung Sana

Tak ku sangka, hati yang tadinya ceria kini justru tersendak tangisan yang mulai mengering pecah. Setauku kemarin aku masih berdiri tegak menghadap hal yang selalu aku banggakan. CINTA. Tapi mengapa kini kamarku berbalut duka. Padahal ini senja. Ada pertunjukan indah dilangit sana. Ada warna merah kejinggaan yang mengalut bersatu dengan matahari diujung yang memperindah bayangan siapapun yang berdiri didepannya. Seperti film romantis itu. Tapi terlambat. Senja hari ini turun perlahan tanpa senyum diwajahku. Dia pergi tanpa sekejap pun berbalik arah menggapai tanganku.

Aku sudah bayangkan, ada bendera kuning tapi didepan kamarku. Bertanda bahwa si empunya sedang berduka, kehilangan seseorang yang dia sayangi. Aku memang berduka. Tapi bukan kematian. Aku berduka. Hatiku tersayat habis. Nganga disini. Yah, coba kau rasakan. Kau rasakan tiap irama yang menari disitu, tepat didadaku. Aku tak sanggup menutup nganga itu sendiri tanpa mu, Sutrisno Handoko. Aku tak mempunyai kekuatan super untuk membendung air bah yang mengalir dari pelipis mataku. Aku tak sanggup menahan gempuran benderu perang antara hati dan pikiranku.

Kamis, 15 November 2012

Rumpangan Hati

Pagi ini aku terbangun dari mimpi yang menjadi pilihanku....
Andai Kau lebih peka pada rasaku, andai Kau lebih mendalam merasakan rasa yang hanya kucurahkan untukmu. Mengapa "Andai"? Doa ku mulai mengering. Aku mulai mengikhlaskan kepakuanmu padaku. Keterdiamanmu membuatku tak habis pikir. Akankah cinta itu masih bersemayam direlungmu? Akankah cinta suci yang Kau umbar pada mereka dahulu tentang Kita masih berada pada kesuciannya? Atau itu hanya masa lalu? Atau mungkin itu hanya sekedar cinta pertama yang tak berakhir indah? Mungkinkah juga Kau anggap itu cerita perjalananmu yang hanya akan jadi kenangan termanis? Aku tak tau, tak akan pernah tau. Hanya Kau yang memiliki semua jawaban atas pertanyaan ku itu.

Cerita padaku tentang rasamu. Katakan padaku, Aku ini Kau anggap apa? Kau selalu membuat ku bingung. Aku bukanlah peramal yang bisa membaca masa depan Kita. Aku bukanlah seorang pembaca pikiran yang mampu membaca sifatmu hanya dari gerak-gerikmu. Tuhan tak berikan setiap kelebihan itu padaku. Tuhan hanya memberikan anugerah-Nya padaku tentang cinta pertama, yaitu KAU.

Kali ini Aku tersadar. Mengapa Kau membuat ku mengartikan semua ini sendiri? Kau tak ingin Aku menyadari bahwa Kau tak benar-benar bersungguh-sungguh tentang rasa yang Kau beri dulu, Aku menerka. Tapi ada yang lain. Maksudku maaf... Seorang disampingmu, yah, temanmu.. Dia yang hampir setiap orang berucap jika Dia begitu persis denganmu. Tapi mengapa ada yang berbeda antara Kau dan Dia. Coba Kau ingat, Dia memang sama sepertimu, kalian begitu membingungkanku. Bagi kalian "Diam itu Emas". Itulah yang membuatku semakin mencuri perhatian ku pada sosok yang ada disampingmu. Maafkan Aku...

Aku ingat kali pertama Aku dan Dia berkenalan, atau paling tidak mulai berucap satu sama lain. Ketika itu temanku mencari seorang yang bisa membantunya untuk menyelesaikan tugas matematikanya, hingga akhirnya temanku mencari Dia... Dan Kau tau lagi? Dia benar-benar masuk ke kelasku. Hari itu Kau sedang tak ada disekolah. Kau sedang pergi untuk mengerjakan sesuatu tentang organisasi yang kini Kau pimpin. Disitulah mulai Aku merasa bahwa sebenarnya Kau dengannya cukup berbeda, tidak persis seperti kata mereka.

Dia dengan cekatan mengajarkan temanku tentang soal matematika yang bahkan soalnya saja telah membuat ku tak bisa berpikir jernih. Aku paham dengan soal-soal matematika tapi jika harus membayangkan sebuah bangunan dimensi tiga dengan kemiringan tiang seperti itu hanya membuat ku pusing tujuh keliling. Tapi Dia, yah, Dia mengerti. Aku tau apa yang tak ku mengerti sebenarnya dia pahami dengan baik. Aku mulai menyukai caranya berpikir logis. Dan tak kalah bijaksana dari dirimu. Dirimu? Berulang kali dalam satu meja yang dikelilingi 3 kursi, yaitu milikku, temanku dan Dia, Aku terus saja membanding-bandingkan Dirimu dan Dirinya.. Hahahah... Dia atau Dirimu? Semakin Aku tak mengerti dengan rasa yang bergejolak dalam relungku.

Hingga akhirnya Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya tentang soal itu. Yang mengagetkan ku, Dia benar-benar menjelaskan dengan detail padaku. Parahnya, Dia benar-benar berbeda dengan Kau. Kau yang selalu tak pernah berani atau mungkin hanya sesekali menatap mataku saat Kita berbicara, tapi Dia benar-benar menjelaskan dengan begitu menunjukkan sikap hormatnya pada seorang perempuan. Matanya tak berhenti berbicara padaku, katanya "Seorang wanita harus selalu dihormati, betapa mulianya wanita yang begitu berjasa bagi keluarganya.", matanya bercerita banyak padaku. Hal yang tak pernah bisa kudapat darimu yang terlalu diam. Bahkan Aku ingat saat Aku bertanya padamu, benar-benar diluar kendaliku, Kau tak merespon ku. Padahal dalam situasi seperti itu, hanya ada Kau dan Aku, seharusnya Kau bisa lebih santai untuk menjawab pertanyaan basa-basi ku, tapi ini tidak. Bahkan temanku yang melihat tingkahmu padaku itu mendekati kita dan langsung menegurmu. Aku benar-benar kecewa dengan sikapmu itu. Apakah itu yang Kau ceritakan tentang cinta? Sejak saat itulah Aku mulai mempertanyakan setiap kata cinta yang Kau ucap.

Dia benar berbeda dengan Kau. Hingga saat ini, saat Kau tak pernah ada disampingku, Aku selalu memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya. Terlebih lagi kisah kita yang sudah berakhir membuatnya merasa tak bersalah dengan pertemuan yang terkadang tak pernah kami duga. Walau terkadang justru Aku yang merasa bersalah karena Akupun masih mencintaimu seperti halnya dengan mu yang tak pernah bisa melupakan ku, yang bahkan masih berniat untuk kembali lagi bersama. Tapi bukankah semua telah berakhir?

Aku merasa lebih nyaman dengannya, jujur. Aku takut menyakitimu, selalu saja Aku ingkari rasa itu. Tapi sampai saat ini Aku tak tau apa rasanya padaku. Dia hanya memberikan perlakuan berbeda padaku, rasa segan yang begitu lembut. Mungkin karena temannya, Kau, mencintaiku atau karena ada yang rasa yang lain yang sama sepertiku? Aku tak benar-benar berani membayangkan rasa-rasa itu. Semua hanya akan kubiarkan waktu yang menjawabnya. Jika Kau tak mampu menjawabnya dan Diapun tak berani berucap, Aku tau jalan terkhir yang Tuhan berikan hanyalah Waktu...


Mengangkuhkan rasa hanya akan membuatku bertindak bodoh
Begitu nanti tiba saat yanag tak terduga
Tuhan akan mengerti dengan apa yang selau kita sebut "CINTA"
Minggu, 11 November 2012

Rahasia Kita

Everything That I Do, Reminds Me of You

 Hatiku berkata seperti lirik lagu dari Avril Lavigne - When You're Gone. Saat aku mulai menelusuri kata hatiku yang hanya selalu berbisik saat itu juga aku tau, aku kehilangan. Aku kehilanganmu. Kau, Angga Handoko. Satu nama yang tetap terukir ketika aku menatap langit mendung yang siap memuncratkan semua bulir air mata yang menggenang di pelipis mataku. Aku lupa mengeja. Aku hanya ingat beberapa bait puisi pertama darimu. Yah, puisi dan sajak merupakan bagian dari jiwamu. Sajakmu terukir dihatiku:

Setiap nama yang aku curahkan
Setiap kata yang terus ku gali
Kau tau, hanya namamu yang menggema
Hanya hatiku yang selalu mengungkapkan beribu kesalahan
Aku terlalu tenggelam dalam rasaku
Aku memilikimu agar hatiku bahagia
Melengkapi setiap dinding yang bergebu
Aku mengharapkanmu, Sungguh
Carrisa Wijaya...

Aku meleleh ketika kau katakan sajak itu. Aku tak begitu menyukai sesuatu yang berbau sastra. Bagiku, pelajaran itu hanya membuatku mengantuk. Tapi ketika aku mengenalmu, dan berusaha memahamimu aku tenggelam dalam keseharianmu yang begitu akrab dengan seni itu. Aku mulai belajar darimu merangkai kata yang bagiku sangat melankolis. Hampir-hampir membuatku mengantuk. Bait ku yang berkata:

Aku pun begitu
Aku mencari, menggali nama yang hadir
Nama yang menggangguku saat aku terlelap
Oh, tidak..
Nama yang selalu menyinariku
Aku yang tak tahu apa-apa
Aku yang selalu mencari akal
Mencari setiap kata yang ku eja
Kau mengajariku
Kau dengan sabar
Menuruti apa yang kuharapkan
Kau begitu mengharapkanku
Andai cinta dengan kita
Hanya untuk kau seutuhnya...
Angga Handoko....


Bahkan hingga hari ini aku tak pernah sadar, aku menyukai segala sesuatu yang kau pernah hiasi. Aku menyukai tulisanmu, aku mengagungkan sajak-sajak yang sekarang hanya bisa ku baca berulang kali tanpa seorang yang terkasih. Angga kembali... Kembali... Tega kau tinggalkan aku sendiri... Memang ini salahku. Tapi andai kita bertemu lebih awal, mungkin kau yang ada disampingku, kau yang mencariku. Mengapa tak kau katakan yang sejujurnya? Kita bisa tetap bersama menjalani hari, aku bisa mengatur apa yang harus ku lakukan. Kau bohong... Sajakmu tak benar adanya....

Bahkan hingga detik ini, hingga aku menuliskan sebuah surat untukmu, aku tak tau harus ku kirim ke alamat mana. Kau menghilang begitu saja. Setiap kali aku menatap perpustakaan sekolah, selalu ku temukan dirimu. Dan tak memakan waktu yang lama, kau memanggil namaku. Kau berteriak seolah kemari Carissa, duduklah disini... Kau begitu pintar, kau bisa tau apa yang kuresahkan. Tak usah berpikir, aku mantapkan langkahku mendekatimu. Aku baru saja menulis sebuah puisi baru. Akan ku bacakan untukmu..

Kau yang duduk disana
Tak sungkankah kau melirikku sekali saja
Aku berdesir dalam hati
Nama yang ku tau
Yang menggelitikku saat ku tatap kau
Kita satu kelas, bukan?
Mengapa tak kau coba untuk mengenalku
Aku pelangi yang siap ada saat hujan
Aku rembulan yang menemani malammu
Aku matahari yang selalu membuat harimu ceria
Aku segalanya untukmu
Aku... Aku... Aku...
Selalu Aku...
Simpan aku...
Carissa...

Aku tertegun. Apa? Carissa? Itu namaku, bukan? Seolah tau apa yang ku katakan dalam hatiku. Kau menyambar lamunanku. You're my sweetheart. You're my dream. My dream about my first love. You're my beloved. Aku juga. Aku sama sepertimu. Kau ajarkanku banyak hal. Aku mencari cinta ini. Yang aku tau, ketika kita mencinta, ada yang berdesir ditubuhku. Setidaknya itu yang dialami para tokoh yang pernah ku tonton dalam sebuah film drama. Kau tertawa terenyak. Aku sejenak terdiam. Katakan sekali lagi, bahwa kau mencintaiku. Will you be my first? Ya, Tuhan. Kalimat itu. Aku mau, pasti aku mau.

Sejak itu kau mengumpulkan banyak sajak yang selalu bertemakan Aku. Aku tau betapa besar cintamu melalui puisi itu. Kau pun mulai paham puisiku. Kau mulai mengerti bait yang menceritakan tentang Kamu. Namun, puisiku tak sesederhana milikmu. Kau begitu sederhana yang selalu mencurahkan setiap perasaan pada tulisanmu. Berbeda dengan ku yang hanya mampu menggunakan teknik. Karena itu lah puisiku seperti tak bernyawa.

You're the first
But you'll be the last
Tentangmu yang tak habis mencurahkan
Diriku yang tak bernyawa
Terenyak hingga menggantung
Aku kini menggapaimu
Aku tak tau apa ini
Apakah ini mukjizat
Atau hanya lambunganku
Lebih dari sekedar indah
Kau mencairkan kekosongan yang dulu
Kau memenuhi setiap bait tulisku
Tak mampu ku hindarkan
Namamu..
Sekali lagi kau... Carissa...

Setiap saat kau selalu menuliskan namaku. Yah, setiap akhir puisimu, tak lupa kau ukirkan namaku. Aku beruntung. Aku merasakan betapa aku berharga bagimu. Kau yang selalu tak mampu ku ingkari. Aku tak tau. Sejak ini aku rasa dunia digenggamanku.

Tapi, mimpi buruk sekali lagi menghujam ku. Hingga satu minggu sebelum ujian nasional dilaksanakan, kau hilang tanpa berita. Puisi terakhirmu:

Ingat aku selalu
Kenang aku setiap saat
Aku akan selalu hadir dimimpimu
Aku akan selali menemanimu
Tak usah khawatir
Akupun selalu menjagamu
Aku tak disampingmu bukan berarti tak ada aku
Aku hidup
Aku bernyawa dihatimu
Kau sebut saja namaku
Aku akan terus ada
Aku beryawa
Kau ingat?
Aku bernyawa
My sweetheart, You're my beloved forever
Aku selalu merindukanmu
Saat aku mengukir tinta denganmu
Saat sajak pertama yang kau tulis
Aku bahagia
Karena aku lah inspirasimu
Aku mengenangmu
Bukan...
Aku mencintaimu selamanya.
Carissa Wijaya...

Aku terlamun. Aku tak mengerti sajak mu kali ini. Apa yang kau maksud? Tapi kucoba mencari akal. Pikiranku mulai positif. Tak ada yang salah. Hingga keesokan harinya aku tak menemukanmu. Dikelas kita ataupun perpustakaan tempat kita menghabiskan waktu. Kau tak ada! Aku mulai khawatir. Aku coba menghubungimu melalui ponselku, tapi apa? Tak ada sambungan dari seberang sana. Kau kemana? Tega kau menghilang tanpa kabar. Atau kau berbohong?

Bahkan hingga saat ini aku tak tau alasan apa yang kau berikan atas segala kekacauan hati yang kau lakukan. Terakhir, kabar yang kudapat. Aku memberanikan diri datang kerumahmu. Tapi, damn... Tak ada seorang pun dirumahmu. Hingga seorang tetanggamu berkata kau tak lagi tinggal disana, sejak satu minggu yang lalu. Yang hampir membuat ku mati berdiri, Saya dengar anaknya yang bernama Angga kelainan jantung, hingga harus berobat ke Amerika. Apa? Apa? Apa yang dia katakan? Benarkah itu, sayang. Aku tak tau. Kau tak pernah menceritakan derita mu itu. Aku tak tau itu benar ataukah salah?

Saat ini hanya hujan yang tau. Puisi-puisimu tetap kujaga rapi. Aku sandingkan bersama puisi yang ku tulis hanya untukmu seorang. Aku tau, kau tak mungkin tau. Aku harap aku memiliki telepati. Telepati yang selalu terhubung denganmu. Sehingga tanpa berucap banyak kau tau apa yang kurasakan. I just can love you. None can move you from my mind. You're only the one. You're all my soul. You're my hearbeat. I love you. And it's forever.

Aku mengharapkanmu
Dimanapun kamu berada saat ini
Dengan siapapun kau saat ini
Aku percaya, tetap percaya
Bahwa sajakmu tak pernah berdusta
Cintamu tak pernah salah
Aku... Hanya seorang...
Namaku dihatimu
Namamu dihatiku
Aku selalu tau
Aku selalu yakin
Kau bernyawa dihatiku
Dan akan kekal hingga kapanpun
Angga Handoko...

Cintaku padamu tak pernah berdusta. Walau saat ini dia disampingku. Tapi aku tau, hatiku milikmu. Milikmu seutuhnya. Andai kau tetap disini, bersamaku. Mungkin kau lah yang akan tetap ku panggil "sayang". Cintaku tak pernah berpindah tangan. Dia hanya kebahagiaan untuk ibuku. Ibu ku yang menjodohkan kami, setelah melihatku begitu terpuruk dengan hal itu. Kepergianmu yang tak kuduga. Bahkan tak ada lagi cerita sejak kau menghilang.

Tak ku sangka
Pertemuan itu menyulut tangisan
Aku merintih tanpa dirimu
Kau menghilang tanpa kabar
Sajak terakhirmu tak berguna
Sajak itu tak mampu menjadi obat
Hanya kau dan cintamu
Pelipur lara ku
Menjagaku, menuntunku
Kau mengubah setiap nafasku
Kau mengatur hidupku dengan caramu sendiri
Karena itu lah
Aku menghidupkan cintamu
Dengan caraku sendiri
Dan, mereka tak perlu tau
Jika kau selalu bernyawa seperti apa yang kau janjikan
 
Aku selalu menunggumu. Cepat kembali. Jangan kau pergi. Tunggu aku disana, sayang...

Untuk itu kau pergi?
Untuk menunjukkan padaku,
betapa kau berarti dihidupku?
Kau salah, Kau pergi
Kau membuat buliran itu tumpah ruah
 Mengeroyokku, menggerogotiku
Tanpa ampun..

Yovie & Nuno - Menjaga Hati


masih tertinggal bayanganmu
yang telah membekas di relung hatiku
hujan tanpa henti seolah bertanda
cinta tak disini lagi kau telah berpaling

biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu
ooh oooh

masih adakah cahaya rindumu
yang dulu selalu cerminkan hatimu
aku takkan bisa menghapus dirimu
meskipun kulihat kau kini diseberang sana

biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

andai akhirnya kau tak juga kembali
aku tetap sendiri menjaga hati

biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

sejujurnya diriku masih mengharapkanmu


Yovie & Nuno - Dia Milikku



Semula ku tak tahu
Engkau juga tlah ingin memilikinya
Bukankah ku lebih dulu
Bila engkau temanku
Sebaiknya tak mengganggu

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Pergilah kamu
Jangan kau ganggu
Biarkan aku
Mendekatinya

Kamu
Tak akan mungkin
Mendapatkannya
Karena dia
Berikan aku
Pertanda juga
Janganlah kamu banyak bermimpi
Oh..

Dia Untuk aku
Bukankah belum pasti
Kamu juga kan jadi
Dengan dirinya Huo..
Dia yang menentukan
Apa yang kan terjadi
Tak usah mengaturku

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Lihatlah nanti
Lihatlah saja
Biarkan aku
Mendekatinya

Kamu
Tak akan mungkin
Mendapatkannya
Karena dia
Berikan aku
Pertanda juga
Janganlah kamu banyak bermimpi
Oh..

Kusarankan engkau mundur saja

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Pergilah kamu
Jangan kau ganggu
Biarkan aku
Mendekatinya

Kamu
Tak akan mungkin
Mendapatkannya
Karena dia
Berikan aku
Pertanda juga
Janganlah kamu banyak bermimpi
Oh..

Dia untukku
Dia untukku
Dia milikku
Dia milikku
Lihatlah nanti
Lihatlah saja
Biarkan aku
Mendekatinya

Kamu
Tak akan mungkin
Mendapatkannya
Karena dia
Berikan aku
Pertanda juga
Janganlah kamu banyak bermimpi
Oh..

Dia untuk aku
Bukan dia untuk aku

Yovie & Nuno - Merindu Lagi (Pada Kekasih Orang)



Sejak saat pertama melihat senyumannya
Jantung berdebar-debar inikah pertanda
Namun ternyata salah harapanku pun musnah
Sejak aku melihat kau selalu dengannya

Reff:
Tuhan tolong aku ingin dirinya
Rindu padanya, memikirkannya
Namun mengapa saat jatuh cinta
Sayang sayang dia ada yang punya

Mungkin ku harus pergi untuk melupakannya
Dalam hati berkata takkan sanggup pergi

Back to Reff:

Tlah ku coba menghapus bayang-bayang indah
Tetapi selalu aku merindu lagi owwww

Back to Reff:

Oh mengapa ku tak bisa
Ku tak bisa, ku tak bisa

Back to Reff:

Tuhan tolong, tolong aku
Jatuh cinta pada kekasih orang
Ingin lupa ku tak bisa
Sayang sayang dia ada yang punya

Back to Reff:

Sayang sayang dia ada yang punya
Sayang sayang dia ada yang punya

Yovie & Nuno - Sejuta Cinta


Beruntungnya diriku memilikimu
Berikan cahaya temani langkahku
Andai sejak dulu kau ada di sini
Pasti tak akan ada cinta yang lain

Tak ku rasa sebelumnya
Sejuta cinta yang terindah

Engkau pelita yang hanggatkan diriku
Semua begitu indah bagai di surga
Jangan pernah berpaling pada dirinya
Aku ada di sini hanya untukmu

Tak ku rasa sebelumnya
Sejuta cinta yang terindah

Intro

Tak ku rasa sebelumnya
Tak ku rasa sebelumnya
Sejuta cinta yang terindah ..

Beruntung nya diriku memlikimu
Berikan cahaya temani langkahku
Andai sejak dulu kau ada di sini
Pasti tak akan ada cinta yang lain

Tak ku rasa sebelumnya
Tak ku rasa sebelumnya
Tak ku rasa sebelumnya
Tak ku rasa sebelumnya
Sejuta cinta yang terindah ..
Minggu, 04 November 2012

Huh...

Bagaimana caranya aku mengerti cinta jika ketika aku rasakan kebenaran cinta untuk pertama kalinya dari kamu, tapi kamu selalu tak menjelaskan padaku? Yang kamu lakukan hanya berkata "Cinta" padaku, tapi tak benar-benar kamu perjelas kata-kata itu dengan kalimat cinta yang biasa aku baca dari novel-novel ku. Kamu hanya memberitahukan ku tentang cinta lewat novel yang sering kamu berikan padaku. Yah, novel adalah salah satu obat yang paling tepat untuk membunuh waktuku ketika kamu pergi tinggalkan ku yang kesepian. Aku tau banyak hal yang harus kamu lakukan ketimbang hanya untuk terus mengawasiku.

Ketika semua harus terus berjalan satu sama lain seperti apa yang kita bicarakan sore itu. Huh, mengapa sore selalu memberikan memori yang tak pernah habis ku pikirkan? Sejak itu juga semua mulai berubah, walau tak banyak yang berbeda. Memang tetap ada aku dan kamu tapi ada yang diganti. "Kita", kata itu tak lagi kuucapkan. Aku berusaha mengganti kata itu. "Kamu dan aku", sebisa mungkin aku membuat kata itu menjadi sebuah ucapan yang tak kaku, terdengar biasa saja. Ku usahakan.

Memang caramu padaku tak banyak berubah. Semua tetap kau biarkan seperti dulu. Tapi, aku lah yang berusaha mengubah semuanya. Atau aku terlalu mementingkan sebuah "status" ketimbang rasa yang benar-benar kami sadari satu sama lain? Aku  mungkin terlalu egois untuk mengakui kebenaran yang telah terjadi. Bahkan aku tak sanggup menceritakan apa-apa yang  telah terjadi. Aku biarkan kamu yang menceritakan. Aku tak mau terkesan memimpin hubungan. Alasannya jelas, aku perempuan. Tak mungkin aku biarkan semua ini aku yang atur.

Maka dari itu, aku ingin kamu yang memulai, hingga akhirnya kamu yang mengakhiri. Walau sebelumnya, aku lah yang selalu berniat mengakhiri, tapi temanku dan hati kecilku setuju untuk membiarkan banyak hal berlarut-larut hingga kamu yang akan mulai merasa lelah. Dan semua itu akhirnya mengikuti alur yang telah aku ciptakan. Kamu yang mengakhiri. Aku tak suka. Tapi, memang dari awal seharusnya begini. Aku menyesal telah menciptakan alur kesedihan ini. Aku tau ini diluar kendali. Hati ku sudah terlalu lama menguasai pikiranku. Saatnya aku mulai berpikir. Keadaan akan jauh lebih baik ketika aku meng-iyakan keputusanmu. Jauh lebih baik memikirkan hal yang akan terjadi ketimbang perasaan ku sendiri. Semua telah dimuntahkan begitu saja keluar dari sisi yang terindah.

Setiap hal pasti akan berakhir. Itu yang akhirnya ku yakini. Adikku bahkan telah 2 tahun dalam rasa yang berlarut-larut hingga salah satu diantara mereka mendua. Sedangkan aku... Yah, itu wajar. Sangatlah wajar. Semua tak akan menjadi sebuah kenangan ketika kita.. atau mungkin kau dan aku tetap bersama. Mungkin kita akan selamanya terpenjara dalam kebisingan dunia sekitar. Kau juga tau, tak ada satu pertanyaan yang benar-benar kamu jawab saat terakhir kali rasa itu memuncak. Sejak saat itu, aku tau kamu benar-benar tak pernah menjawab dengan jujur apa yang selalu ku tanyakan. Kamu selalu membiarkan aku untuk mengartikan setiap sikap yang kamu tunjukkan.

Aku tak habis pikir saat itu. Bahkan teman-temanku pun merasa betapa bodohnya aku padamu. Jika mereka jadi aku mungkin tak ada yang mampu bertahan selama ini. Ah, sudahlah, jauh lebih baik jika setiap yang akan ku lakukan lebih ku perhatikan lagi. Kamu begitu baik, begitu sempurna dimataku. Setidaknya "sempurna" bisa kujadikan alasan yang paling tepat untuk melupakanmu. Aku tak mau terus mengikuti kehendakmu. Sudah terlalu lama aku turuti apa yang kau ucapkan. Menunggumu. Menantimu. Berada disampingmu. Maka saat ini biarkan aku bebas lepas. Lepaskan aku. Aku akan mencoba.

Cinta yang begitu sering kau dendangkan padaku sudah tak berarti lagi saat kekecewaan yang semakin menggila terus tak terbendung. Kekecewaan ku tak berarti lagi. Sudah tak cukup hati aku menunggumu. Biarkan aku mengila dengan cara ku sendiri. Maafkan aku kini ku harus pergi. Jika tidak aku akan terus termenung dalam kesepian tak berujung..
Jumat, 02 November 2012

Perangi Perfeksionisme ^^

"Perfeksionisme"


Hanya dengan satu kata yang begitu sederhana bisa membuat seseorang merasa tertekan dengan kehidupannya. Terlebih lagi bagi remaja yang baru saja menapaki jenjang kehidupan baru dimana mereka mulai menggali kemampuan diri hingga saat dewasa mereka bisa mendapatkan jati diri yang akan membawa mereka pada titik kesuksesan dengan kebahagiaan yang tak tertandingi.
Tapi siapa sangka keadaan itu membuat mereka justru semakin ambisius dengan target-target kehidupan mereka. Hal itu tak jarang membuat mereka justru kebablasan hingga menjadikan mereka seseorang yang perfeksionis dengan segudang target yang membebani kepala mereka. Beban itu tak seharusnya terasa begitu berat untuk seumuran anak-anak remaja. Tapi karena tekanan banyak pihak menjadikan beban itu tersa berat bahkan terkadang diri mereka sendiri. Mereka seharusnya mengimbangi perfeksionime mereka dengan sikap yang fleksibel dengan perubahan yang akan bermanfaat.

Sehingga untuk menjadi seorang yang tak terlalu berlebihan dalam hal perfeksionisme, kamu perlu menyadari ulang pandanganmu itu.

9 Tips untuk Memerangi Perfeksionisme

  1. Jadilah orang biasa untuk sehari saja. Biarkan diri kamu berantakan, terlambat, tidak lengkap.... tak sempurna. Kemudian rayakan keberhasilan kamu.
  2. Libatkan diri kamu pada kegiatan-kegiatan yang tidak menghasilkan angka atau tidak dinilai. Kegiatan yang terfokus pada prosesnya, bukan hasilnya.
  3. Ambillah resiko. Daftarkanlah diri untuk semua mata pelajaran yang terkenal menantang. Mulailah sebuah tugas atau belajarlah untuk sebuah tes tanpa harus berlebihan. Ubahlah rutinitas pagi hari kamu. Mulailah hari tanpa rencana.
  4. Biarkan dirimu membuat paling sedikit tiga kesalahan.
  5. Berhenti memakai kata 'seharusnya' ketika berbicara dengan diri sendiri. Hilangkan kata 'saya harus' dari percakapanmu.
  6. Ceritakanlah suatu kelemahan atau keterbatasan kamu pada seorang teman. Sadari bahwa ia tidak jadi kurang menghargai kamu karena mengetahui kelemahanmu itu.
  7. Akui bahwa harapan-harapanmu akan dirimu sendiri bisa jadi terlalu tinggi, atau justru tidak sesuai kenyataan.
  8. Bersyukurlah atas keberhasilanmu yang lalu. Tulislah mengenai betapa hal-hal tersebut membuat kamu merasa bahagia.
  9. Bergaullah. Bila kita bisa menerima ketidaksempurnaan diri sendiri dan orang lain serta merasa sebagai bagian dari kehidupan, kita tidak akan terlalu merasa kesepian.
Semoga salah satu dari tips itu atau bahkan beberapa darinya bisa kalian pergunakan untuk setidaknya menikmati kehidupan kalian agar lebih nyaman. Semoga bermanfaat. :)


Untuk melakukan hal yang baik di dunia,
Pertama kamu harus tau siapa dirimu
dan apa saja yang berarti dalam hidupmu.

'Pengejar Keunggulan' bukan 'Perfeksionisme'

Sebagai seorang manusia yang tak pernah berhenti untuk menggali sesuatu yang selalu lebih lagi, kita memang sudah dilengkapi oleh Tuhan sebuah akal yang tak dimiliki oleh ciptaan-Nya yang lain. Di diri kita pun telah ada nafsu yang tak pernah habis sehingga rasa ketidakpuasan kita terhadap sesuatu pun terkadang menjadi berlebihan. Yah, itu lah manusia. Tidak ada manusia yang ingin tetap sama seperti hari ini. Mereka semua ingin hari ini menjadi sesuatu yang nantinya akan menjadi pelajaran hidup di hari besok.

Tapi terkadang, sifat manusia yang seperti itu menjadikan seseorang terlihat terlalu ambisius, sehingga tak jarang sifat itu justru berubah menjadi pesimisme. Terkadang sifat seperti itu lah yang biasa disebut "Perfeksionisme". Banyak hal yang salah dalam beberapa pandangan tentang sifat perfeksionisme. Salah satu nya terkadang seseorang yang perfeksionisme melihat sesuatu dengan terlalu ambisius sehingga ketika mereka tidak mencapai target yang telah mereka tentukan hingga akhirnya ambisius itu berubah menjadi pesimisme.

Sehingga, second opinion, kita bisa mengubah kata "Perfeksionisme" dengan "Pengejar Keunggulan". Kata itu dipilih untuk membuat kita menjadi lebih tidak terlalu memangku beban berat dengan setiap target yang kita ingin capai. Setidaknya itu membuat kita lebih menatap target-target kita sebagai sesuatu yang tetap harus kita capai namun tak perlu menjadikan target itu menjadi sebuah beban tersendiri untuk kita.


Bagaimana kamu bisa menjadi seorang "Pengejar Keunggulan" bukan "Perfeksionisme"?
Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan, but base on yourself. If you wanna try it or not, that's your chance.

Memastikan sumber-sumber perfeksionisme kamu

Kamu harus mencari apa atau siapa yang membuat kamu mencoba menjadi seperti itu. Mungkin saja ada dorongan dari lingkungan sekitar kamu, sehingga kamu merasa memiliki kewajiban untuk mencapai segala hal. Itu tidaklah buruk. Tapi cobalah liat pada dirimu. Apakah kamu nyaman dengan sifatmu yang kini? Jika dirimu yang sekarang justru membuat kamu menjadi seseorang yang terlalu egoisme, mengapa tak kamu coba untuk menekan setiap rasa ambisius mu untuk lebih mengakrabkan diri dengan lingkunganmu. Cobalah untuk fleksibel.

Menganalisis kembali pandanganmu tentang kegagalan dan kesuksesan

Kehidupan sudah seharusnya dilengkapi dengan kegagalan dan kesuksesan. Kesuksesan merupakan dambaan setiap manusia. Kesuksesan bisa menjadi tolak ukur kebahagiaan seseorang. Yah, itu memang benar. Tapi tidak dalam banyak hal. Apakah kebahagiaan hanya untuk orang-orang yang kaya, pejabat, atau mungkin seorang artis yang dikenal publik? Tidak. Jelas saja, setiap orang memiliki caranya tersendiri untuk behagia. Setiap orang berhak untuk bahagia. Tapi kesuksesan tidak bisa menjadi tolak ukur kebahagiaan dalam berbagai hal. Kegagalan merupakan proses kesuksesan. Benar. Bahkan Thomas Alfa Edison pun butuh 999 kali eksperimen hanya untuk menemukan formula yang tepat untuk eksperimennya tentang bohlam lampu yang sekarang kita gunakan. Kegagalan merupakan perjalanan hidup yang harus kita lalui. Tak ada seorang pun yang mampu sukses tanpa gagal sekalipun. Itu hukum alam. Kita harus merasakan pahit dahulu untuk akhirnya rasa manis itu kita alami. Jadi, renungkan kembali pandangamu tentang dua hal itu.

Tetap gigih melawan orang-orang yang menekanmu untuk mejadi sempurna

Sempurna bukanlah kata yang tepat jika kamu ingin menjadi lebih baik. Jika orang-orang tersebut tetap mempertahankan pendapat mereka untuk membuatmu menjadi sempurna, cobalah untuk melawan. Mereka tak pernah tau apa yang kamu alami. Target mereka telah merenggut setiap jengkal kenyamanan hidupmu. Mereka tak berhak untuk membuatmu menjadi apa yang mereka inginkan. Ini hidupmu. Kamu yang akan mejalankan hidup ini. Mereka hanya akan bahagia jika kamu bahagia, bukan? Jadi, buktikan pada mereka bahwa untuk bahagia tidak harus menjadi sempurna. Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik-Nya. Kita sebagai manusia biasa merupakan hamba-Nya yang tak sempurna dan terkadang salah. Jadi jelaskan pada mereka bahwa bahagiamu bukan untuk sempurna. Tunjukkan dan rasakan kebahagiaan itu setulusnya.

Mempelajari cara untuk lebih lunak kepada diri sendiri

Kamu harus mencoba langkah yang satu ini. Banyak yang sudah mempelajari cara ini (termasuk saya :D) berpendapat bahwa langkah ini bisa membuat kamu sedikit merasakan kehidupan sesuai dengan usiamu. Kamu bisa merelekskan diri kamu untuk beberapa saat agar kamu bisa kembali pada target-target kamu dengan perasaan yang jauh lebih baik. Berusahalah untuk lebih lunak pada dirimu sendiri sehingga kamu bebas mengambil resiko dan mencoba hal yang baru. Kamu bisa meluangkan waktumu di ruang terbuka untuk sekedar bersepeda atau hang out beberapa jam dengan teman-temanmu sehingga pikiranmu pun bisa nyaman dan tidak terotoriter dengan keseharianmu yang dipenuhi buku-buku yang harus kamu baca.


Itulah beberapa cara yang bisa kamu lakukan. Tapi ingat! Perhitungkan setiap langkah yang akan kamu lakukan. Jangan sampai demi mengikuti beberapa cara tersebut kamu menjadi lalai dalam banyak hal. Jangan memaksakan dirimu lebih dari apa adanya dirimu. Tuhan saja memberikanmu cobaan dalam kehidupan sesuai dengan kemampuanmu memikul permasalahan itu.Teruslah bersemangat dengan hidupmu. Kelak kamu akan bisa bahagia dengan kehidupanmu yang akan menjadi pilihanmu dimasa depan. :)


Jadilah dirimu sendiri!
Kalau bukan kamu yang menghendaki jadi dirimu sendiri,
Siapa lagi yang akan melakukannya?



Pict: google.co.id

Enjoy It