Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Minggu, 11 November 2012

Rahasia Kita

Everything That I Do, Reminds Me of You

 Hatiku berkata seperti lirik lagu dari Avril Lavigne - When You're Gone. Saat aku mulai menelusuri kata hatiku yang hanya selalu berbisik saat itu juga aku tau, aku kehilangan. Aku kehilanganmu. Kau, Angga Handoko. Satu nama yang tetap terukir ketika aku menatap langit mendung yang siap memuncratkan semua bulir air mata yang menggenang di pelipis mataku. Aku lupa mengeja. Aku hanya ingat beberapa bait puisi pertama darimu. Yah, puisi dan sajak merupakan bagian dari jiwamu. Sajakmu terukir dihatiku:

Setiap nama yang aku curahkan
Setiap kata yang terus ku gali
Kau tau, hanya namamu yang menggema
Hanya hatiku yang selalu mengungkapkan beribu kesalahan
Aku terlalu tenggelam dalam rasaku
Aku memilikimu agar hatiku bahagia
Melengkapi setiap dinding yang bergebu
Aku mengharapkanmu, Sungguh
Carrisa Wijaya...

Aku meleleh ketika kau katakan sajak itu. Aku tak begitu menyukai sesuatu yang berbau sastra. Bagiku, pelajaran itu hanya membuatku mengantuk. Tapi ketika aku mengenalmu, dan berusaha memahamimu aku tenggelam dalam keseharianmu yang begitu akrab dengan seni itu. Aku mulai belajar darimu merangkai kata yang bagiku sangat melankolis. Hampir-hampir membuatku mengantuk. Bait ku yang berkata:

Aku pun begitu
Aku mencari, menggali nama yang hadir
Nama yang menggangguku saat aku terlelap
Oh, tidak..
Nama yang selalu menyinariku
Aku yang tak tahu apa-apa
Aku yang selalu mencari akal
Mencari setiap kata yang ku eja
Kau mengajariku
Kau dengan sabar
Menuruti apa yang kuharapkan
Kau begitu mengharapkanku
Andai cinta dengan kita
Hanya untuk kau seutuhnya...
Angga Handoko....


Bahkan hingga hari ini aku tak pernah sadar, aku menyukai segala sesuatu yang kau pernah hiasi. Aku menyukai tulisanmu, aku mengagungkan sajak-sajak yang sekarang hanya bisa ku baca berulang kali tanpa seorang yang terkasih. Angga kembali... Kembali... Tega kau tinggalkan aku sendiri... Memang ini salahku. Tapi andai kita bertemu lebih awal, mungkin kau yang ada disampingku, kau yang mencariku. Mengapa tak kau katakan yang sejujurnya? Kita bisa tetap bersama menjalani hari, aku bisa mengatur apa yang harus ku lakukan. Kau bohong... Sajakmu tak benar adanya....

Bahkan hingga detik ini, hingga aku menuliskan sebuah surat untukmu, aku tak tau harus ku kirim ke alamat mana. Kau menghilang begitu saja. Setiap kali aku menatap perpustakaan sekolah, selalu ku temukan dirimu. Dan tak memakan waktu yang lama, kau memanggil namaku. Kau berteriak seolah kemari Carissa, duduklah disini... Kau begitu pintar, kau bisa tau apa yang kuresahkan. Tak usah berpikir, aku mantapkan langkahku mendekatimu. Aku baru saja menulis sebuah puisi baru. Akan ku bacakan untukmu..

Kau yang duduk disana
Tak sungkankah kau melirikku sekali saja
Aku berdesir dalam hati
Nama yang ku tau
Yang menggelitikku saat ku tatap kau
Kita satu kelas, bukan?
Mengapa tak kau coba untuk mengenalku
Aku pelangi yang siap ada saat hujan
Aku rembulan yang menemani malammu
Aku matahari yang selalu membuat harimu ceria
Aku segalanya untukmu
Aku... Aku... Aku...
Selalu Aku...
Simpan aku...
Carissa...

Aku tertegun. Apa? Carissa? Itu namaku, bukan? Seolah tau apa yang ku katakan dalam hatiku. Kau menyambar lamunanku. You're my sweetheart. You're my dream. My dream about my first love. You're my beloved. Aku juga. Aku sama sepertimu. Kau ajarkanku banyak hal. Aku mencari cinta ini. Yang aku tau, ketika kita mencinta, ada yang berdesir ditubuhku. Setidaknya itu yang dialami para tokoh yang pernah ku tonton dalam sebuah film drama. Kau tertawa terenyak. Aku sejenak terdiam. Katakan sekali lagi, bahwa kau mencintaiku. Will you be my first? Ya, Tuhan. Kalimat itu. Aku mau, pasti aku mau.

Sejak itu kau mengumpulkan banyak sajak yang selalu bertemakan Aku. Aku tau betapa besar cintamu melalui puisi itu. Kau pun mulai paham puisiku. Kau mulai mengerti bait yang menceritakan tentang Kamu. Namun, puisiku tak sesederhana milikmu. Kau begitu sederhana yang selalu mencurahkan setiap perasaan pada tulisanmu. Berbeda dengan ku yang hanya mampu menggunakan teknik. Karena itu lah puisiku seperti tak bernyawa.

You're the first
But you'll be the last
Tentangmu yang tak habis mencurahkan
Diriku yang tak bernyawa
Terenyak hingga menggantung
Aku kini menggapaimu
Aku tak tau apa ini
Apakah ini mukjizat
Atau hanya lambunganku
Lebih dari sekedar indah
Kau mencairkan kekosongan yang dulu
Kau memenuhi setiap bait tulisku
Tak mampu ku hindarkan
Namamu..
Sekali lagi kau... Carissa...

Setiap saat kau selalu menuliskan namaku. Yah, setiap akhir puisimu, tak lupa kau ukirkan namaku. Aku beruntung. Aku merasakan betapa aku berharga bagimu. Kau yang selalu tak mampu ku ingkari. Aku tak tau. Sejak ini aku rasa dunia digenggamanku.

Tapi, mimpi buruk sekali lagi menghujam ku. Hingga satu minggu sebelum ujian nasional dilaksanakan, kau hilang tanpa berita. Puisi terakhirmu:

Ingat aku selalu
Kenang aku setiap saat
Aku akan selalu hadir dimimpimu
Aku akan selali menemanimu
Tak usah khawatir
Akupun selalu menjagamu
Aku tak disampingmu bukan berarti tak ada aku
Aku hidup
Aku bernyawa dihatimu
Kau sebut saja namaku
Aku akan terus ada
Aku beryawa
Kau ingat?
Aku bernyawa
My sweetheart, You're my beloved forever
Aku selalu merindukanmu
Saat aku mengukir tinta denganmu
Saat sajak pertama yang kau tulis
Aku bahagia
Karena aku lah inspirasimu
Aku mengenangmu
Bukan...
Aku mencintaimu selamanya.
Carissa Wijaya...

Aku terlamun. Aku tak mengerti sajak mu kali ini. Apa yang kau maksud? Tapi kucoba mencari akal. Pikiranku mulai positif. Tak ada yang salah. Hingga keesokan harinya aku tak menemukanmu. Dikelas kita ataupun perpustakaan tempat kita menghabiskan waktu. Kau tak ada! Aku mulai khawatir. Aku coba menghubungimu melalui ponselku, tapi apa? Tak ada sambungan dari seberang sana. Kau kemana? Tega kau menghilang tanpa kabar. Atau kau berbohong?

Bahkan hingga saat ini aku tak tau alasan apa yang kau berikan atas segala kekacauan hati yang kau lakukan. Terakhir, kabar yang kudapat. Aku memberanikan diri datang kerumahmu. Tapi, damn... Tak ada seorang pun dirumahmu. Hingga seorang tetanggamu berkata kau tak lagi tinggal disana, sejak satu minggu yang lalu. Yang hampir membuat ku mati berdiri, Saya dengar anaknya yang bernama Angga kelainan jantung, hingga harus berobat ke Amerika. Apa? Apa? Apa yang dia katakan? Benarkah itu, sayang. Aku tak tau. Kau tak pernah menceritakan derita mu itu. Aku tak tau itu benar ataukah salah?

Saat ini hanya hujan yang tau. Puisi-puisimu tetap kujaga rapi. Aku sandingkan bersama puisi yang ku tulis hanya untukmu seorang. Aku tau, kau tak mungkin tau. Aku harap aku memiliki telepati. Telepati yang selalu terhubung denganmu. Sehingga tanpa berucap banyak kau tau apa yang kurasakan. I just can love you. None can move you from my mind. You're only the one. You're all my soul. You're my hearbeat. I love you. And it's forever.

Aku mengharapkanmu
Dimanapun kamu berada saat ini
Dengan siapapun kau saat ini
Aku percaya, tetap percaya
Bahwa sajakmu tak pernah berdusta
Cintamu tak pernah salah
Aku... Hanya seorang...
Namaku dihatimu
Namamu dihatiku
Aku selalu tau
Aku selalu yakin
Kau bernyawa dihatiku
Dan akan kekal hingga kapanpun
Angga Handoko...

Cintaku padamu tak pernah berdusta. Walau saat ini dia disampingku. Tapi aku tau, hatiku milikmu. Milikmu seutuhnya. Andai kau tetap disini, bersamaku. Mungkin kau lah yang akan tetap ku panggil "sayang". Cintaku tak pernah berpindah tangan. Dia hanya kebahagiaan untuk ibuku. Ibu ku yang menjodohkan kami, setelah melihatku begitu terpuruk dengan hal itu. Kepergianmu yang tak kuduga. Bahkan tak ada lagi cerita sejak kau menghilang.

Tak ku sangka
Pertemuan itu menyulut tangisan
Aku merintih tanpa dirimu
Kau menghilang tanpa kabar
Sajak terakhirmu tak berguna
Sajak itu tak mampu menjadi obat
Hanya kau dan cintamu
Pelipur lara ku
Menjagaku, menuntunku
Kau mengubah setiap nafasku
Kau mengatur hidupku dengan caramu sendiri
Karena itu lah
Aku menghidupkan cintamu
Dengan caraku sendiri
Dan, mereka tak perlu tau
Jika kau selalu bernyawa seperti apa yang kau janjikan
 
Aku selalu menunggumu. Cepat kembali. Jangan kau pergi. Tunggu aku disana, sayang...

Untuk itu kau pergi?
Untuk menunjukkan padaku,
betapa kau berarti dihidupku?
Kau salah, Kau pergi
Kau membuat buliran itu tumpah ruah
 Mengeroyokku, menggerogotiku
Tanpa ampun..

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It