Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Kamis, 18 April 2013

Separate Love

Hmm.. Betapa aku merindukan semuanya. SEMUANYA !!! Aku terlalu munafik untuk mengakui tiap dentum rasa yang mengalir, lebih mempercayai otakku yang tak mampu berbuat apa-apa, ketimbang hatiku yang terus menyuruhku agar jujur dengannya. Hah... Aku bodoh tentang semua ini. You know what? Aku lebih terpenjara ketika aku berkata bohong, tapi itu hal yang selalu aku lakukan. Betapa 'Bodoh' aku...

Aku hanya menunggu agar tiba-tiba datang sosok yang selalu aku harapkan. Ah.. Aku kehilangan sentuhanku.. Aku kehilangan jiwa dari kata-kata ku... Tidak.. Lebih parah lagi.. Aku kehilangan batin yang selama ini tegar menghadapi raga yang kelelahan menanti semua itu. CINTA. Jika dia memang hanya bisa menyakitimu, untuk apa kamu bertahan? Jika dia tak mampu membuatmu bebas berekspresi, mengungkapkan isi hatimu, bercerita lepas padanya, untuk apa kamu bertahan? Jika dia hanya bisa membuatmu melayang tanpa perbuatan pasti yang ditunjukkannya, untuk apa kamu bertahan? Jika dia tak mampu masuk dan ikut menikmati apa yang kamu sukai, untuk apa kamu bertahan? Jika dia tak mampu menjadi bagian dari hari-harimu, untuk apa kamu bertahan? Jika dia tak mampu menyadari betapa penting tanggal-tanggal besar bagimu, untuk apa kamu bertahan? Jika dia tak mampu menghargai orang-orang yang kamu anggap penting, untuk apa kamu bertahan? Jika sikap dia selalu dingin, tak berperikemanusiaan padamu, untuk apa kamu bertahan? Jika dia tak mampu mengeluarkan setiap pertanyaannya padamu dari tempurung kepalanya, untuk apa kamu bertahan?

Bahkan aku TERLALU muak dengan dengan setiap pertanyaan yang selalu membuatku terdiam, terperanjak. Mereka menyangsikan setiap kata 'Cinta' darimu. Bahkan orang yang memang mengenal betul dirimu pun selalu menyarankanku untuk menyudahi setiap rasa yang seharusnya sudah terkubur lama. Bahkan orang yang hanya mampu membayangkan betapa dinginnya sikapmu padaku pun membujukku untuk meninggalkanku. Bahkan mereka yang hanya sebagai penonton setia drama yang kamu pertunjukkan, menarikku untuk mengenal berbagai sosok yang memang ku akui lebih darimu.

Tapi, ini Masalah Hati. Aku tak semudah itu mengatakan 'Aku Jatuh Cinta', aku bisa menjual kalimat untuk dikomersialkan dalam berbagai bentuk, tapi Cinta? Cinta lebih dari apa yang kau bayangkan, itu Cinta. Ah, aku terlalu letih berkata apa yang harusnya aku katakan. Untuk apa aku sesumbar mengatakan kepada banyak orang termasuk kamu, jika aku ingin semua kembali disaat kamu dan aku dalam Kita? Semua itu toh, nyatanya tak akan pernah kembali lagi. 

Kamu tau apa yang selama ini aku takutkan dalam misteri ini? Perpisahan. Oh tidak, ralat, bukan perpisahan. Hanya saja pertemuan setelah perpisahan itu. Apa aku sanggup melihatmu bersama orang lain yang telah kamu pilih? Atau apa aku sanggup menerima kenyataan jika hatimu menginginkanku kembali? Apa Aku Sanggup??

Aku tak pernah tau, mengenalmu lebih dari sekedar apa yang kamu berikan padaku. Kamu tak pernah membiarkanku tahu lebih banyak tentang kehidupanmu sebelum ini. Kamu tak pernah mempersilahkanku mengenalmu lebih dari sekedar selama ini. Mungkinkah hatimu tertutup untukku? Mungkinkah duniamu terlalu membuatmu menjalankan cinta yang tertutup? Atau mugkin duniamu terlalu berlinang masa lalu yang indah, sehingga kamu terlalu khawatir jika suatu hari aku membuang kenangan itu karena kecemburuanku? Aku tak pernah tahu!!

Aku tak mengerti, mengapa kamu memperlakukanku seperti seorang yang selalu mengemis cinta padamu. Aku selalu berusaha memberikan apa yang selalu menjadi pertanyaanmu. Tapi, kamu. You know what? There's nothin' i feel from the deep of your heart. You closed the way which can be the way for me to be your happiness. Kamu selalu menutup tiap rasa yang aku beri. Entah hanya untuk kamu permainkan atau untuk kamu simpan jika suatu hari nanti aku pergi? Yang pasti, kamu curang.

Aku memilikimu dalam diamku, tapi bukan berarti aku menggenggammu. Aku  berimajinasi dalam sanubariku, jika suatu hari kamu datang, kamu berikan secangkir teh hangat dikala hujan mengguyur dengan balutan petir. Ah, mimpi mu toh nduk.

Aku butuhkanmu, bukan sekedar menginginkanmu. Aku membutuhkanmu, jelas! Aku tak mampu bertahan selama dua tahun ini, tanpa hadirnya kamu. Selama ini aku bertahan, aku jatuh, aku tau kamu ada. Tapi setahun belakangan, semua berubah. Aku merasa peganganku tak sekuat dulu. Hingga detik ini, jika aku mampu bertahan, itu hanya karena mimpi tentang dirimu. Mungkin esok aku menyerah, aku tau, kini tak ada dirimu lagi. Sisaku hanya satu tahun, dan satu tahun itu tanpa kamu. Bagaimana bisa aku bertahan? Dengan mimpi? Kenangan itu berbahaya selaku nostalgia kosong! Maka, maaf jika aku tak mampu bertahan selama satu tahun ke depan. Aku tak menyalahkanmu. Aku pun tak menyalahkan Takdir Tuhan. Hanya saja aku mengeluh, mengapa aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku kalah. Aku kalah dengan waktu. Hebat bukan?

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It