Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Jumat, 04 Januari 2013

Hingga Batas Fana dan Abadi

Bisakah aku meminta tolong padamu? Tolong kau pinjamkan ku lampu hatimu, agar ku bisa terus berjalan dalam terowongan sepi dalam pikiranku. Coba kau tebak? Apa aku selama ini? Sejak kau pergi, membiarkan luka itu menganga dalam penantiannya. Aku mencoba mengartikan tiap kata dari mulutmu. Tapi gagal. Aku bahkan tak mengerti sedikit pun apa yang kau maksud dengan 'Tidak Berharga'. Aku lebih memilih bungkam. Aku tak mau kau berkata lebih dari itu. Aku tak mau ada kalimat yang nantinya ku sesali.

Sayang sekali. Sayang sangat, Sayang. Apa yang ku pikirkan tentang mu terlalu berlebihan. Apa yang ku harapkan akan dirimu terlalu besar. Apa yang aku rasakan padamu terlalu dalam. Apa yang aku berikan padamu terlalu banyak. Hingga kini aku miskin. Miskin Rasa. Aku tak kenal sedikit pun tentang cinta yang kau ceritakan indah itu. Aku terlalu. AKU TERLALU. Aku terlalu menghidupkanmu di setiap aliran darahku, desahan nafasku bahkan membiarkanmu menuntun tiap langkahku.

Aku kini kehilangan jejak langkahmu. Jejak yang memberikanku jalan untuk terus melangkah. Jejak yang menjaga ku dari depan agar aku tak perlu tergesa-gesa melangkah. Namun jejak yang tak bisa menangkapku ketika aku tergelincir, jatuh dan terhempas. Karena kau telah berlalu begitu saja.  Berlalu tanpa pernah memikirkan rasa yang kau buang begitu saja. Berlau tanpa mengingat betapa penting kisah yang kau sia-siakan itu. Membiarkanku dengan jejak langkahmu yang tak pernah kering dengan air mataku. Dan mungkin memang tak berarti dalam hidupmu.

Aku terlalu salah akan cinta. Tidak. Aku terlalu benar tentang rasaku. Hingga sakitpun aku membenarkan apa yang orang lain katakan kesedihan. *Ini hanya separuh dari perjalanan cinta yang pernah dia sebut Misteri Cinta. Tak perlu ada yang disesali. Semua akan baik-baik saja nantinya.* Mengapa aku selalu berucap demikian. Jelas tentunya mereka tau. *Jangan berlaku tegar padahal kau rapuh.* Seorang dari mereka menyadarkanku. Betapa sok tegarnya aku pada puing-puing kesedihanku. Betapa manjanya aku dengan tiap derai airmata yang tak pernah henti ku hapus.

Kini aku terjebak dengan masa yang tak pernah ku tinggali. Masa yang tak pernah aku hapus. Tak pernah terlampaui. Tak pernah terlalui. Biar jika kelak aku meringis dengan rasa yang terlalu bodoh untuk aku kenang. Rasa yang terlalu munafik untuk aku hirup. Rasa yang terlalu hebat untuk terkalahkan. Bisakah aku lakukan hal yang sama kepada cinta ini? Dengan segala ketidakpedulianmu terhadapku yang bisa saja ku gunakan untuk melupakan rasa padamu. Tapi aku terlalu lemah untuk hal itu. Aku terlalu tak berdaya dengan apa yang ku hadapi saat ini. Terlalu bahkan tak terlepas dari segala hal yang membuatmu paham.

Aku terlalu berputar-putar dalam pikiranku. Mencoba menjelajahi tiap desiran memori kenangan itu. Menelusuri tiap gulungan kusut benang rasa cinta yang tertindih dengan kasar. Mencoba mengurainya. Agar aku bisa menemui alasan untuk meninggalkan rasa itu. Berlalu. Tanpa peduli. Aku pergi tanpa beban. Ah, itu khayalku. Betapa ajaibnya kau dihatiku. Terlalu abadi untuk dilupakan namun terlalu fana untuk dikenang.

Terima kasih atas setiap keteduhan hatimu. Aku tak tau harus apa yang ku ungkapkan. Setiap mengenangmu, setiap menelusuri rasa yang terus menggebu, ada kata yang tak pernah terkikis. Cinta. Rasa tulus yang ku beri padamu namun tak banyak arti dalam kehidupanmu. Cinta memang gila. Cinta memang bukan suatu yang sakral bagimu. Makanya, terlalu mudah untuk kau permainkan dan terlalu sulit untuk kau bawa lebih dalam dan serius.

Hingga batas cinta dan benciku
Hingga batas tulus dan munafikku
Hingga batas nyata dan mimpiku
Hingga batas hidup dan matiku

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It