Panas banget yah sekarang...
Terus musim peralihan juga makin gak karuan...
Jadwal "si Hujan" dateng, eh.... "si Kemarau" gak mau pulang...
Padahal gak ada yang salah sih dengan setiap bencana di muka bumi ini.
Yah, kata orang sih udah garisan dari sana-Nya,... tapi kan itu juga karena kita...
Seharusnya makin banyak orang yang sadar, kalo bumi kita ini udah makin tua...
Umurnya berapa aja gak pernah ada yang tau...
Bahkan scientists aja pada gak bisa tau dengan pasti..
Kebanyakan dari mereka cuma bilang"diperkirakan"...
Loe sadar, umur Bumi kita nih udah tua banget...
Mungkin udah kakek-nenek kali yah dia... Kalo dia hidup dan bisa bergerak, mungkin Bumi kita ini butuh tongkat, itupun jalannya bungkuk...
Gak kebayang deh kalo bumi ini bisa ngomong... Mungkin udah dari lama dia ribut sama umat manusia. Dia pasti udah bener-bener "mengutuk" kita sama sumpah serapah nya...
So, balik lagi ke GLOBAL WARMING... yah, saya punya sedikit penjelasan dari beberapa situs yang pernah saya buka, sekaligus tambahan-tambahan kecil dari saya...
Silahkan baca... Tapi INGAT.... "Save Our Earth" .... Udah sering yah denger kata-kata itu... Yah udah, saya buat yang baru deh... ok? "Bertobatlah kepada Bumi ini, Jangan sampai anda menjadi korbannya" .... Ahahaha... Kalo gak ngerti gak apa-apa kok... Saya Ikhlas... ^^
Pemanasan global
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses 
meningkatnya suhu
 rata-rata atmosfer, laut, dan 
daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33
 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
 Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian 
besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"
 melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah 
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua
 akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, 
masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan
 yang dikemukakan IPCC tersebut.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah 
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana 
pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan 
bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih 
terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, 
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan 
pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap 
konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan 
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas 
rumah kaca.
Ihhh... serem deh... Tuh kan, Ilmuwan aja gak bisa bayangin bakal jadi apa bumi tercinta kita ini beberapa tahun kedepan nanti... Haduh... Kasian banget bumi ini.. Coba bayangin, mau tinggal dimana lagi kita kalo bumi kita udah gak sanggup nampung kita dengan kondisinya yang semakin "tua" ? .... Mau di Mars, gak ada air... Mau di Bulan, permukaannya banyak banget lubang... hahaha... Pluto? Ya ampun.... udah gak ada kali.. Pluto udah menghilang dari peredaran Bumi dan Langit... ^^
Penyebab Pemanasan Global
Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
 Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, 
termasuk cahaya tampak. Ketika 
energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas 
yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas 
dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud 
radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa 
luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat 
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,
 karbon dioksida, sulfur 
dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. 
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang 
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di 
permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan
 suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah 
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di 
atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Emisi Karbon Dioksida
Penggunaan listrik yang semakin meningkat yang dipasok dari pembangkit 
listrik berbahan bakar batubara batubara yang melepaskan sejumlah besar 
karbon dioksida ke atmosfer. 40% emisi CO2 dihasilkan oleh produksi 
listrik AS, dan 93 persen diantaranya berasal dari emisi pembakaran 
batubara pada industri utilitas. Setiap hari,  pasar semakin banyak 
dibanjiri gadget penggunaannya membutuhkan daya listrik, padahal tidak 
didukung oleh energi alternatif. Dengan demikian kita akan 
semakin tergantung pada pembakaran batu bara untuk memasok kebutuhan 
listrik di seluruh dunia.
Kendaraan yang kita pakai adalah sumber penghasil emisi sekitar 33%  
yang berdampak terhadap pemanasan global. Dengan pertambahan jumlah 
penduduk yang tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan, tentu saja akan 
meningkatkan permintaan akan kendaraan yang lebih banyak lagi, yang 
berarti penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi dan pabrik yang 
semakin besar. Konsumsi terhadap bahan bakar fosil jauh melampaui 
penemuan terhadap cara untuk mengurangi dampak emisi. Sudah saatnya kita
 meninggalkan budaya konsumtif.
Efek Umpan Balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai 
proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada 
penguapan air.
 Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
 pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang 
menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, 
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara 
sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah 
kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2
 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut 
di udara, kelembapan
 relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara 
menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2
 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang 
menjadi objek penelitian saat ini. 
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan 
cahaya (albedo)
 oleh es.
 Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair 
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es 
tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun
 air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila 
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi
 Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak 
lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4
 dari melunaknya tanah beku (permafrost)
 adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain 
itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga 
menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia 
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
 mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom 
daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon 
yang rendah.
Emisi metana
Metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat setelah CO2. Bila bahan
 organik diurai oleh bakteri pada kondisi kekurangan oksigen 
(dekomposisi anaerobik) maka metana akan dihasilkan. Proses ini juga 
terjadi pada usus hewan herbivora, dan dengan meningkatnya jumlah 
produksi ternak terkonsentrasi, tingkat metana yang dilepaskan ke 
atmosfer akan meningkat. Sumber metana lainnya adalah metana klatrat, 
suatu senyawa yang mengandung sejumlah besar metana yang terperangkap 
dalam struktur bongkahan es. Apabila metana keluar dari dasar laut Kutub
 Utara, maka tingkat pemanasan global akan meningkat secara signifikan.
Deforestasi
Penggunaan hutan untuk bahan bakar (baik kayu dan arang) merupakan salah
 satu penyebab deforestasi. Di seluruh dunia pemakaian produk kayu dan 
kertas semakin meningkat, kebutuhan akan lahan ternak semakin meningkat 
untuk pemasok daging dan susu, dan penggunaan lahan hutan tropis untuk 
komoditas seperti perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama 
terhadap deforestasi dunia. Penebangan hutan akan mengakibatkan 
pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Peningkatan Penggunaan Pupuk Kimia
Pada pertengahan abad ke-20, penggunaan pupuk kimia (yang sebelumnya 
penggunaan pupuk kandang) telah meningkat secara dramatis. Tingginya 
tingkat penggunaan pupuk yang kaya nitrogen memiliki efek pada 
penyimpanan panas dari lahan pertanian (oksida nitrogen memiliki 
kapasitas 300 kali lebih panas- per unit volume dari karbon dioksida) 
dan kelebihan limpasan pupuk menciptakan 'zona-mati 'di laut. Selain 
efek ini, tingkat nitrat yang tinggi dalam air tanah karena pemupukan 
yang berlebihan berdampak terhadap kesehatan manusia yang cukup 
memprihatinkan.
Mengukur pemanasan global
Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar 
fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu 
rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para 
peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International
 Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna 
Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi 
karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus 
diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa 
memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di 
atmosfer.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global
 semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti 
yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi 
yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
 memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend)
 yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan 
kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya 
sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental
 Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara 
global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 
1861. IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di 
atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus 
menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan 
sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus
 tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, 
konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali
 lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri.
 Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun 
sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali 
sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan 
risiko populasi yang sangat besar.
Dampak pemanasan global
Kenaikan Permukaan Air Laut diseluruh Dunia
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan 
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi 
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, 
terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di 
laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 
10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi 
peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Para ilmuwan memprediksi kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia 
karena mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland, 
terutama di pantai timur AS. Namun, banyak negara di seluruh dunia akan 
mengalami dampak naiknya permukaan air laut, yang bisa memaksa jutaan 
orang untuk mencari pemukiman baru. Maladewa adalah salah satu negara 
yang perlu mencari rumah baru akibat naiknya permukaan laut.
Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian 
Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas 
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan 
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung 
di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami 
salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di 
daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta 
akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa 
area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung 
untuk meningkat.
Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa 
daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup 
lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
 yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih 
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang 
sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi
 dan lebih ekstrem.
Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
 banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
 beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, 
sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya 
curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian
 tropis semi kering di beberapa bagian Afrika 
mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air 
irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
 (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, 
akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan 
hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gagal Panen Besar-besaran
Menurut penelitian terbaru, sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia 
harus memilih untuk pindah ke wilayah  beriklim sedang karena 
kemungkinan adanya ancaman kelaparan akibat perubahan iklim dalam 100 
tahun.
Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada pasokan air. Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam produksi pangan, mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara banjir dan kekeringan. Pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun.
Perubahan iklim ini diramalkan memiliki dampak yang paling parah pada pasokan air. Kekurangan air di masa depan kemungkinan akan mengancam produksi pangan, mengurangi sanitasi, menghambat pembangunan ekonomi dan kerusakan ekosistem. Hal ini menyebabkan perubahan suasana lebih ekstrim antara banjir dan kekeringan. Pemanasan global menyebabkan 300.000 kematian per tahun.
Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
 pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
 pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau 
ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari 
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
 pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies 
yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota 
atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang
 tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan 
musnah.
Sebuah laporan tentang terumbu karang dari WWF mengatakan bahwa dalam 
skenario terburuk, populasi karang akan runtuh pada tahun 2100 karena 
suhu dan keasaman laut meningkat. 'Pemutihan' karang akibat kenaikan 
suhu laut yang terus-menerus sangat berbahaya bagi ekosistem laut, dan 
banyak spesies lainnya di lautan bergantung pada terumbu karang untuk 
kelangsungan hidup mereka.
Meskipun luasnya lautan 71 persen dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata hampir 4 km - ada indikasi bahwa hal ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu karang, pemanasan dan pengasaman air mengancam hilangnya ekosistem global. Jadi diperlukan upaya yang besar untuk menyelamatkan terumbu karang dari kepunahan.
Meskipun luasnya lautan 71 persen dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata hampir 4 km - ada indikasi bahwa hal ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu karang, pemanasan dan pengasaman air mengancam hilangnya ekosistem global. Jadi diperlukan upaya yang besar untuk menyelamatkan terumbu karang dari kepunahan.
Dampak Sosial dan Politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya 
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke)
 dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen 
sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
 Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat 
mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang 
berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan 
kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan 
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi,
 defisiensi
 mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran 
penyakit melalui air (Waterborne
 diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor 
(vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam 
Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem)
 baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim 
ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes aegypti), Virus,
 bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang 
target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan 
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun 
punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga 
akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak 
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang
 / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai
 juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. 
Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak 
terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit 
saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
 penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Perdebatan tentang Pemanasan Global
Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan 
global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar 
meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi 
tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang 
keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah 
bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan 
global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan 
suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan 
dapat menguntungkan di beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan 
tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan 
global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, 
pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad 
ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 
1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh 
dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer,
 lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan 
tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari 
tiga pertanyaan tersebut.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang 
diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para 
ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data 
untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and 
Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru 
tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 
50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya 
kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 
0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 
tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit 
pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa 
kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran 
atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 
2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences
 untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi 
tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih
 rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.
Pengendalian pemanasan global
Menghilangkan Karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara 
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih 
banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, 
menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui 
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya 
dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak 
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan 
bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. 
Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi 
dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak
 bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai
 biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren 
penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah 
mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas 
melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak
 apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, 
penggunaan energi terbaharui dan energi
 nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi 
nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya 
yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Persetujuan Internasional
 Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan 
gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit
 di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi 
masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam 
suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 
160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan 
gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit
 di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi 
masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam 
suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 
160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya 
dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan 
tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai
 contoh, Belanda,
 negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil 
mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya 
dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto 
bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum 
terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib 
diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. 
Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program 
pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak 
polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, 
negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat 
membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang 
lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila 
sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan 
emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil 
memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada 
dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri 
lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.
Setelah membaca beberapa uraian singkat (gak bisa dibilang singkat sih, tapi cukup umum) seharusnya kita "bertobat".. minta maaf lah pada bumi mu yang selalu menyediakan apapun yang kalian butuhkan dari alam. Tak ada alam berarti tak akan ada kehidupan. Maka dari itu, jagalah alam kita. Jangan biarkan tangan-tangan yang diciptakan untuk melindungi justru digunakan untuk menghancurkan kehidupan kita sendiri.. Keep in mind that if you wanna be better, you must start from now, there's no time for waiting, Dan ingat lah sebuah hadits berkata, Bahwa Allah tak akan mengubah nasib suatu kaumnya jika kaumnya tak berusaha... Berusahalah kawan.. Toh, nantinya juga untuk kehidupan kita... Keep Spirit.... ^^ 
Heal the world....
Make it the better place....
(Michael Jackson - Heal The World)
Source: http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
http://www.tipsmu-tipsku.com/2012/02/penyebab-dan-dampak-global-warming.html
Pict: Gambar google dan berbagai situs lainnya
Terima kasih banyak ^^
 







 

 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar