Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Jumat, 04 Oktober 2013

Kenangan

Bukan aku yang memulai, bahkan perkenalan itupun terjadi tanpa disengaja. Kau dan Aku, yah, begitulah sekarang. Berapa lama ini terjadi? Berapa tahun telah berlalu? Hingga saat ini benar-benar bukan sekadar mimpiku. Kau, kau benar-benar berubah, menjadi sosok yang paling mengerikan bagiku. Sewaktu-waktu bisa saja kau datang kembali, lalu sekejap pergi, meninggalkanku, mencampakkan ku begitu saja.

Setelah dua tahun berlalu, setelah semua berakhir, setelah tak ada kata Kita, setelah semua berubah, setelah kau benar-benar berhasil pergi, setelah aku benar-benar jatuh dan setelah aku tersungkur dalam kegelapan, tak ada satupun yang mampu ku pikirkan. Tiap aku tersenyum mengapa tak kau balas senyum itu? Tiap kali aku menatapmu lurus, mengapa kau justru menyembunyikan wajahmu? Sebegeitu tak inginkah kau bertemu denganku, bahkan sekadar untuk menoleh sedikit padaku? Sebegitu hina-nya kah aku bagimu?
Aku terkadang merasa, mengapa tiap ada yang mengganjal, tiap ada yang berdetak, seperti terasa sesak menyesakkan? Tapi tak apa, aku sudah terbiasa, aku pikir, rasa sesak, nyeri, dan sedih itu sudah menjadi temanku sehari-hari? Bagaimana tidak, pagi aku disambut rasa yang tetap tak pernah berubah; cinta. Bahkan malam sebelum aku terlelap, rasa itu menyeruak kembali; kenangan.

Mungkin karena mereka terlalu akrab padaku, hingga aku tidak bisa mengganjal rasa ini. Ah, padahal aku pun tak mengerti mengapa aku mengetik cerita ini kembali. Setau ku, cintamu padam, tapi mengapa aku tetap menunggu? Bukankah hal yang konyol, menunggu tanpa tau apa yang akan terjadi nanti? Jelas saja, kau telah pergi. Mengapa aku tetap begini? Aku rasa benar kata mereka, cintamu sekadar cinta sasaat, tapi mengapa jika aku tau dari awal seperti itu, aku justru tetap menjatuhkan diri ke dalam cinta itu?

Itulah bodohnya aku, mengetahui jika aku akan tersakiti, tapi tetap saja masuk. Mengetahui jika aku hanya akan menyesal, aku tetap saja berperang, mengetahui semua hanya bualan, tetap saja aku terjatuh. Tapi, jatuh yang ini begitu indah. Bahkan karena indahnya, sampai saat ini aku harus terus berdarah menahan rasa sakit ini. Nyeri dada yang terasa semakin terasa, bahkan ketika seseorang itu berkata jika Kau miliknya. Kau tak tau apa, berapa lama aku menunggumu? Aku menyimpanmu. Aku menjagamu. Aku mengharapkanmu.

Setelah dua tahun berlalu, semua berubah. Cintamu pudar, cintamu lenyap, tapi tidak cintaku. Mengapa aku terus berusaha menahanmu, karena hanya dengan itu aku bisa bahagia, karena hanya itu aku bisa tenang. Aku tersenyum terkadang aku merasa bersalah pada dunia. Begitu hebatnya aku menyimpan rasa ini, Sendirian.


Aku mungkin tak pernah berarti untukmu,
Tapi tak bisakah kau katakan yang sebenarnya,
Jika selama ini tugasmu hanya menyakitiku.

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It