Copyright © SA's World
Design by Dzignine
Sabtu, 27 Oktober 2012

Rasa yang Seketika


Ada yang lain ketika aku terbangun tengah malam tadi...
Seperti biasa bayangmu yang selalu menghantui aku, hadir kembali dalam suasana malam yang berselimut pekat awan hitam. Yang beda hanya perasaan ku saja. Jika kemarin kita pernah berbicara tentang keraguan cinta tapi kini itu terjadi kembali padaku.

Aku hanya ingin ada satu kata yang terucap dari dirimu. SATU KATA saja. Just it. Aku mulai mempertanyakan janji yang kau ucapkan hari itu. Bak mendung yang tiba-tiba datang, sesegera mungkin pula petir menyambar hatiku, ada yang mengganggu tidur malam ku kali ini.

Aku ingat salah seorang.. Oh, bukan. Beberapa teman ku berkata kau bukan yang dulu lagi. Hatimu tak lagi aku. Itu yang mereka katakan padaku. Lagi-lagi ekspresi mereka muncul dalam memori yang pernah sengaja aku buang untuk mempercayai mu lagi. Saat itu ketika jam pelajaran dikelas ku sedang kosong. Yah, jarang sekali ada guru yang mengikhlaskan jam pelajarannya untuk kami buang sekedar untuk berhura-hura. Mereka duduk di depanku. Seolah membicarakan ku. Oh..., tidak mereka memang membicarakanku. Gosipkah atau memang Nyata? Aku tak tahu.

Salah seorang dari mereka melirik ke arahku, sekecap mata pun aku melirik ke arahnya, kau tau? Mata kami bertemu untuk beberapa detik hingga akhirnya salah seorang dari temannya itu menyadarkan lamunan kami. Kau tau yang membuat ku tersambar petir di siang bolong? Dia berkata pada yang lain, "Diam. Jangan sampai dia tau!", dia berkata. Namun, damn... Kau terlambat. Kata-katamu itu telah terekam di memoriku. Langsung saja tanpa basa-basi aku bertanya kepada mereka, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Tentang diriku kah? Ada apa dengannya?", pertanyaan itu seketika meluncur bebas dari tenggorokan ku yang langsung saja keluar tanpa meraba lagi. Aku terbelalak mendengar pernyataan salah seorang dari mereka yang berkata jujur. Huft... Jujur. Setidaknya tak satupun yang dia ragukan dalam kalimatnya itu. Terutama caranya bertutur padaku. "Dia suka dengan salah seorang adik angkatnya. Kau tau kan? Bagaimana lingkungannya? Nama perempuan itu Y****."..... Apa??? Aku benar-benar mati berdiri mendengar pernyataan mereka. Benar-benar mengecewakanku jauh daripada saat aku tau bahwa juara umum ku direbut oleh sepupuku sendiri. Ini benar-benar GILA. DAMN.....

Siapa? Siapa nama perempuan itu? Y.. Ya.... Siapa? Benar-benar aku tak bisa mencerna satu nama yang begitu akrab ditelinga seorang Indonesia seperti ku. Aku bahkan sekarang lupa nama perempuan itu. Ku ingat sekali, sehabis dia menceritakan hal itu, mereka tertawa. Entah puaskah karena aku akhirnya termakan gosip murahan itu atau karena ekspresi wajahku yang seperti orang bodoh yang tak sanggup aku tutupi? Kau tau, aku bingung. Kau tau? Aku benar-benar bodoh. Aku benar-benar tercekik dengan satu kalimat yang menjatuhkan hatiku jauh ke dasar jurang. Aku tak bisa berpikir sehat. Yang ku tau, hati dan pikiran ku setuju bahwa aku KECEWA.

Aku ingat kalimat mu beberapa hari sebelum kejadian itu terjadi. Kita sedang berbicara tentang Kunci dan Gembok. Kau benar-benar berjanji, "Jika kunci akhirnya tak bisa menemukan gembok, kunci itu akan mencari sendiri gembok asli miliknya." Kalimat itu mampu menyihir ku hingga aku percaya kembali padamu. Tapi, kali ini benar-benar meruntuhkan semua kata itu. Ketika bel berbunyi, bergegaslah aku pulang tanpa menoleh siapapun yang memanggilku. Yah, biasanya aku pulang bersama teman ku atau setidaknya kami keluar kelas bersama. Tapi kali ini, amarah yang memuncak sudah terlanjur meledak seperti bom atom. Bahkan rasa sakit akibat ledakan itu mengalahkan bom atom Hiroshima-Nagasaki. Aku benci perasaan seperti ini. Perasaan yang hanya akan membuat ku terjatuh sakit lagi.

Sesampai dirumah, aku bergegas masuk ke kamar ku. Aku menangis, kembali tanpa suara. Tapi hanya itu yang bisa ku lakukan. Jika aku berteriak, dengan segera Mamaku masuk ke kamarku dan bertanya heran. Aku tak mau hal itu terjadi. Ketika jam menunjukkan tepat pukul 13.00 WIB, mamaku pun mulai menyadari bahwa sedari tadi aku mengurung diriku di dalam kamar. Aku pun belum makan siang. Mamaku memanggilku sambil mengetuk pintu kamarku. "Kak, ayo makan. Sehabis itu tolong kamu antar adik mu pergi ke tempat kursusnya siang ini. Mama sedang ada kerjaan." " Iya ma, tunggu sebentar." Aku tak mau mamaku semakin menunggu lama jawaban ku. Segera aku keluar dan mengantar adikku. Selama perjalanan, pikiran ku sibuk dengan apa yang harus ku perbuat setelah ini. Hingga aku harus berkonsentrasi  lebih keras beberapa kali untuk tetap fokus pada jalanan. Hingga pulang dari mengantar adikku, aku pergi kerumah temanku. Sesampai disana aku menjatuhkan butiran air mata yang masih bersisa. Temanku hanya bisa diam dan bingung. Aku tiba-tiba datang kerumahnya dengan air mata yang tak habis-habisnya. Hingga dalam tangis ku aku berusaha menceritakan padanya apa yang ku alami di kelasku tadi.

Reaksi temanku payah. Dia hanya tersenyum dibalik tangis ku. "Itu hanya gosip. Ayolah, tumben kamu termakan gosip murahan seperti itu. Mana mungkin dia seperti itu dibelakang mu? Kau tau sendiri dia orang yang seperti apa selama ini." Dengan mudah dia bertutur seolah mengejekku dengan halus. "Tidak. Kali ini mereka serius. Pokoknya, mulai hari ini aku putus hubungan dengannya. Aku hapus seluruh pertemanan di akun ku terhadapnya. Bahkan nomor nya akan ku hapus dari kontak ponselku." Aku berkata hingga akhirnya tersadar dengan apa yang ku katakan tadi. Lagi-lagi dia meragukan ku. Memang selama ini aku hanya berani mengancam, karena akhirnya aku pun yang menyerah. "Tapi, jika satu bulan ini akhirnya dia menghubungi ku lagi, aku tarik kata-kata ku tadi." Benar bukan? Aku hanya mengancam. Temanku menggeleng-gelengkan kepala nya saja. Dia tau benar sikapku kali ini. Tapi, kali ini benar-benar akan ku lakukan.

Hingga akhirnya aku menghiraukan pernyataan teman sekelasku kemarin. Aku melanjutkan janji ku dengan berharap dia punya feeling hingga akhirnya menghubungi ku lagi. Yups, benar sekali. Dia menghubungi ku lagi. Dia bertanya mengapa selama ini aku menghilang? Marahkah aku padanya? Seperti biasa, aku katakan aku baik-baik saja. Aku bahagia kali ini. Setidaknya kata-kataku kemarin bisa ku ralat.

Jika mengingat kejadian itu, batinku tertawa. Betapa gamangnya aku dengan pendirian ku. Malam tadi aku mulai mempertanyakan rasa itu lagi. Aku harap rasa ini tetap bertahan dihatiku. Aku harap Rasa ini tak pernah berubah. Aku suka dengan rasa ini. Terkadang membuat sesak di dadaku. Tetapi dengan kecepatan cahaya bisa membuatku benar-benar berbunga-bunga. :)


Meresapkan setiap detik di kehidupanku
Aku tau daun itu suatu saat akan gugur
Tapi untuk saat ini,
Biarkan aku menghirup aroma manis bunga itu :)

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy It